Sukses

Menteri Teten Optimalkan Agregator Dalam Proses Bisnis UMKM

Pemerintah berupaya mengoptimalkan agregator dan enabler dalam proses bisnis UMKM.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menegaskan bahwa sejalan dengan upaya mengawal transformasi digital, pemerintah juga berupaya mengoptimalkan agregator dan enabler dalam proses bisnis UMKM.

"Enabler hadir baik dalam format entitas perusahaan maupun perorangan. Contohnya, reseller yang menghadirkan layanan untuk menyederhanakan proses bisnis yang ditempuh UMKM," jelas Teten, pada peluncuran kampanye #ParaWajahIndonesia (secara daring) dengan tema “Para Wajah Wirausaha Indonesia: Menang Lawang Pandemi, Hidupkan Ekonomi”, dikutip Sabtu (14/11/2020).

Salah satunya, lanjut Teten, dapat meliputi aspek warehousing dan logistics, Customer Relationship Management (CRM), digital marketing dan solusi teknologi lainnya.

"Peran agregator sendiri mengkonsolidasikan proses bisnis, seperti konsolidator produksi (factory sharing), rumah pengemasan bersama, dan lain-lain," papar MenkopUKM.

Dalam kampanye yang diselenggarakan Paragon Technology and Innovation (Paragon) itu, Teten mencontohkan, di industri kuliner bisa seperti dapur bersama yang mensuplai bahan baku siap proses untuk rumah makan yang bermitra.

Dalam kesempatan itu, Teten juga mengapresiasi Paragon yang telah berupaya memberdayakan potensi UMKM lokal dengan melibatkan mereka dari hulu hingga hilir di dalam proses bisnis industri kosmetik.

Jika merujuk pada data BPS Triwulan I tahun 2020, kinerja industri kimia, farmasi dan obat tradisional (termasuk sektor kosmetik), masih mengalami pertumbuhan sebesar 5,59 persen.

"Hal ini menunjukkan bahwa di tengah pandemi Covid-19 saat ini, masih ada sektor usaha yang mampu bertahan bahkan tumbuh ditengah banyaknya sektor usaha lain yang berusaha untuk bertahan," ungkap MenkopUKM.

Sementara itu, CEO Paragon Technology andInnovation Salman Subakat mengatakan, kampanye ini bertujuan mengajak masyarakat untuk bangga dengan karya buatan Indonesia.

"Selama 35 tahun, Paragon berada di industri kosmetik berupaya menjalankan seluruh proses bisnisnya melalui kolaborasi dan sinergi bersama sumber daya Indonesia," ucap Salman.

Salman berharap, langkah itu semakin mendorong masyarakat untuk bangga dengan produk Indonesia. Bukan hanya untuk produk-produk Paragon, melainkan juga produk atau brand Indonesia lainnya yang dihasilkan oleh puluhan juta UMKM yang Indonesia miliki saat ini.

Bagi Salman, kampanye #ParaWajahIndonesia ini selaras dengan program “Bangga Buatan Indonesia” yang sedang digaungkan pemerintah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Terus Bertambah, Sudah Ada 10,25 Juta UMKM Go Digital

Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mengembangkan sayapnya ke platform digital terus bertambah. Hal ini terlihat dari total pelaku usaha sebanyak 16 persen, meningkat dibandingkan jumlahnya pada awal tahun sekitar 13 persen.

“Dari offline ke digital alhamdulillah tahun ini sudah nambah 2 juta UMKM yang sudah masuk ke ekosistem digital. Di awal tahun baru 13 persen, sekarang sudah ada 16 persen,” kata Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki dalam Konferensi Pers Kampanye #ParaWajahIndonesia secara virtual, Jumat (13/11/2020).

Dengan begitu, Teten mencatat ada 10,25 juta pelaku usaha yang tergabung dalam platform digital. Hal ini tak lepas dari program yang digagas Kementerian Koperasi dan UKM beserta sejumlah kementerian lainnya, yakni ‘Bangga BUatan Indonesia’.

“Kami bikin kampanye bersama-sama Kementerian lain untuk belanja buatan dalam negeri, buatan Indonesia. Kalau masih beli produk luar negeri enggak keren. Keren kita menggunakan hasil karya sendiri,” kata Teten.

Dalam mendukung transformasi digital, kata Teten, pemerintah berupaya mengoptimalkan peran agregator dan enabler dalam proses bisnis UMKM. “Ini penting. Enabler ini kita harapkan hadir dalam format entitas perusahaan maupun perorangan. Contohnya reseller,” kata Teten.

Lebih lanjut, Teten tengah mengupayakan sinergitas UMKM dengan perusahaan besar dalam satu ekosistem lewat kemitraan. “Konsep kami dalam pengembangan kemitraan, di antaranya kecil dan yang besar. Yang kecil itu bisa menjadi bagian dari rantai pasok industri besar.

Hal ini merujuk pada sejumlah negara seperti Jepang, Korea Selatan dan China yang mengintegrasikan UMKM dengan sistem produksi nasionalnya masing-masing. “Mereka sekarang sudah menjadi rantai pasok global. Dengan begitu kita bisa dorong ekspornya,” kata Teten. 

3 dari 3 halaman

UU Cipta Kerja Bakal Ciptakan Pasar UMKM yang Sangat Besar

Sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, pemerintah terus mendorong usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk segera bertranformasi digital. Hal itu dilakukan untuk menciptakan market yang besar bagi para pelakunya.

Tujuan tersebut turut tercantum dalam Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, di mana 40 persen belanja pemerintah diharuskan untuk membeli produk UMKM. Menurut Teten, kebutuhan dari tiap instansi pemerintah akan barang UMKM kini banyak sekali.

"Jadi kita sudah punya market yang sangat jelas. Jadi tinggal kita siapkan, kita kurasi produknya, kita inkubasi model bisnisnya, kita masukin di e-catalog LKPP dan pasar digitalnya BUMN," ujar dia dalam sesi webinar, Kamis (12/11/2020).

"Kita punya market yang sangat besar. Belum yang 300 juta penduduk Indonesia. Itu market yang sangat besar," dia menekankan.

Teten menilai, jika pasar domestik dan digital untuk pembelian produk UMKM sudah tersedia dengan baik, maka perputaran ekonomi nasional akan tumbuh pesat.

Lebih lanjut, pemerintah disebutnya juga tengah fokus mendorong tranformasi UMKM berbasis kawasan, komunitas hingga rantai pasok. Secara praktik, para pelaku UMKM di daerah nantinya akan coba dikelompokkan ke dalam satu kawasan. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.