Sukses

Indonesia Resmi Resesi, Ekonomi Minus 2 Kuartal Berturut-Turut

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2020 minus 3,49 persen. Dengan begitu, Indonesia resmi resesi setelah mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif sdalam dua kuartal berturut-turut.

Catatan ini sesuai banyak perkiraan bahwa Indonesia akan jatuh ke lubang resesi pada kuartal ketiga. Bahkan, angka tersebut lebih tinggi dari ramalan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang minus 3 persen.

"Ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga secara tahunan (year on year/yoy) masih mengalami kontraksi sebesar 3,49 persen," jelas Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Kamis (5/11/2020).

Namun demikian, Suhariyanto mengatakan, jika dibanding pencapaian di kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi nasional masih tumbuh lebih bagus di kuartal III ini.

"Sehingga secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I-III 2020 itu masih mengalami kontraksi sebesar 2,03 persen," jelasnya.

Suhariyanto menambahkan, pertumbuhan ekonomi kuartal III yang minus 3,49 persen juga masih lebih baik dibanding triwulan kedua yang terkontraksi 5,32 persen.

"Artinya terjadi perbaikan dan tentunya kita berharap di kuartal IV situasi akan menjadi membaik. Apalagi dengan adanya pelonggaran PSBB," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Minus 5,32 Persen di Kuartal II 2020

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2020 negatif -5,32 persen secara year on year (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut menjadi yang terendah sejak triwulan I-1999 yang pada saat itu mencapai -6,13 persen.

"Kalau kita lacak pertumbuhan ekonomi secara kuartalan, kontraksi 5,32 persen ini adalah terendah sejak kuartal I pada 1999. Jadi pada pada triwulan I 1999 pada waktu itu mengalami kontraksi sebesar 6,13 persen," ujar Suhariyanto melalui konferensi pers secara daring, Jakarta, pada Rabu 5 Agustus 2020.

Suhariyanto mengatakan, pihaknya belum akan melakukan revisi data pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini. Hal tersebut nantinya akan dilakukan pada akhir tahun sebagaimana biasanya. "Nggak ada revisi pada kuartal  II. Kalau ada revisi biasanya dilakukan pada akhir tahun," jelasnya.

Dia berharap pertumbuhan ekonomi pada kuartal III tahun ini akan membaik seiring dilakukannya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa kota.

Namun, pertumbuhan ekonomi akan membaik apabila penanganan penyebaran pandemi Virus Corona dilakukan dengan optimal.

"Saya ajak semua membangun optimisme. Sejak adanya relaksasi PSBB di Juni sudah ada geliat dibandingkan apa yang terjadi di Mei meskipun belum normal. Jadi di kuartal III ini kita harus bergandeng tangan dan optimis sehingga ekonomi bergerak dan yang paling penting gerakan protokol kesehatan supaya Covid nya betul betul tidak menyebar kemana-mana," tandasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.