Sukses

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Masih Minus hingga Akhir 2020

Indef mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal IV-2020 masih minus.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, mengatakan kuartal IV-2020 diprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih minus.

“Masih berisiko tumbuh negatif melihat mobilitas masyarakat masih belum kembali ke titik baseline sebelum pandemi,” kata Bhima kepada Liputan6.com, Rabu (4/11/2020).

Menurutnya, hal tersebut dipengaruhi oleh pengembangan vaksin Covid-19 dimana sejauh ini belum ada satupun yang lolos uji klinis akhir.

Sebelumnya, ia memprediksi pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 di angka -1,5 hingga -3 persen. Angka ini terbilang lebih kecil dibandingkan kuartal II yakni -5,32 persen.

Ekonomi Indonesia minus kembali disebabkan masyarakat kelas menengah dan atas masih menahan belanja dan mengalihkan uang ke simpanan di perbankan.

“Situasi ini terjadi karena kasus harian covid masih berada diatas 3.000-4.000 kasus sepanjang kuartal III-2020,” ujarnya.

Sehingga rem darurat yang ditarik oleh Pemda DKI Jakarta dengan lakukan pengetatan PSBB menurunkan gairah belanja dari konsumen. Sehingga berpengaruh kepada penyerapan stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Stimulus PEN yang diharapkan cepat pencairannya ternyata masih terkendala hal-hal teknis, sehingga belum efektif dalam mendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi.

“Disisi lain kinerja investasi mulai membaik tapi belum dibarengi dengan perbaikan kinerja ekspor yang signifikan,” pungkasnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Resesi di Depan Mata, Apa Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?

Jelang pengumuman pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020, sejumlah pihak angkat bicara. Bahkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2020 minus 3 persen.

Jika mengacu apa yang disampaikan Jokowi, maka indonesia dipastikan resesi. Sebab mengalami penurunan PDB dalam dua kuartal berturut-turut. Sebelumnya, pada kuartal II-2020, ekonomi Indonesia tercatat minus 5,23 persen.

Senada dengan Jokowi, Ekonom Senior PIter Abdullah mengatakan, meski pertumbuhan ekkonomi kuartal III-2020 diperkirakan minus, angka tersebut kauh lebih baik dibandingkan pada kuartal II-2020.

“Pertumbuhan ekonomi kuartal III saya perkirakan kembali minus di kisaran -3 persen. Tetap minus, tetapi lebih baik dibandingkan kuartal II,” kata dia kepada Liputan6.com, Selasa (3/11/2020).

Lebih lanjut, Piter mengatakan bahwa resesi bagi Indonesi aanya stempel saja. Hal ini lantaran selama pandmei covid-10 belangsung di Indonesia, dampaknya sudah terasa. Seperti pengangguran dan kemiskinan. Sehingga, jika secara teknik resesi baru akan terjadi saat ekonomi kuartal III-2020 dinyatakan negatif, maka keadaannya tak jauh berbreda dari saat ini.

“Menurut saya, resesi tidak berdampak kedepan. Karena kejadian ya sudah berlalu. Perekonomian kita kedepan lebih dipengaruhi oleh kondisi kita di waktu yang akan datang, khususnya terkait pandemi,” kata Piter.

Menurutnya, meski terjadi resesi namun jika pendemi dapat segera ditangani, maka perekonomian kuartal IV-2020 akan jauh lebih baik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.