Sukses

PT KAI Bakal Merger dengan PT INKA, Sudah Tepat?

Menteri BUMN Erick Thohir berencana melanjutkan penggabungan BUMN, diantaranya PT Kereta Api Indonesia (Persero) dan PT INKA (Persero).

 

Liputan6.com, Jakarta - Menteri BUMN Erick Thohir berencana melanjutkan penggabungan BUMN, diantaranya PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI dan PT INKA (Persero).

Menanggapi hal ini, Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo. Dia mengusulkan agar rencana ini dilakukan studi yang cermat dan laksanakan kajian secara mendalam.

"Tapi untuk studinya harus pilih lembaga yang kompeten," kata Agus Pambagyo kepada wartawan, Kamis (29/10/2020).

Dia menegaskan bahwa rencana penggabungan PT KAI dengan PT INKA bisa merugikan kedua perusahaan.

"Bisa hancur dua duanya. Sekarang PT KAI yang zaman Pak Jonan jadi Dirut bagus, sekarang merosot lagi kinerjanya, bahkan kembang kempis lagi karena disuruh ngurus yang lain-lain yang tidak ada urusannya dengan PT KAI. Sekarang kan PT KAI disuruh ngurus LRT, ngurus KCIC, hingga kondisinya sekarang turun lagi," ucapnya.

Menurut Agus, pemerintahan sekarang memang rajin melakukan merger perusahaan plat merah, yang pada akhirnya kinerjanya juga masih belum teruji.

Masih kata Agus, dirinya mendengar yang melakukan kajian dan studi terkait merger perusahaan BUMN ini adalah Bahana dan Danareksa Securitas, yang notabene mereka adalah perusahaan keuangan.

Dia menyarankan, untuk melakukan kajian menunjuk lembaga studi yang memiliki kapabilitas teruji dan sesuai substansi.

"Sekarang kinerja PT INKA lagi moncer karena pemasarannya Pak Budi Noviantoro itu bagus. Disatu pihak, PT KAI lagi turun, jadi kalau dimerger pasti hancur dua duanya. Maka itu saya tidak setuju," tegas dia.

Terpisah pengamat transportasi dari MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) Djoko Setiowarno mengatakan, PT INKA, saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup bagus. Inovasi dan kreatifitas pengembangan usahanya sudah mulai menampakkan hasilnya.

"Ini dibuktikan dengan diberinya kepercayaan negara lain untuk memproduksi kereta dan lokomotif,"paparnya.

Tidak hanya itu, hasil sinergi dengan beberapa BUMN, juga mendapat kepercayaan untuk membangun jaringan kereta beserta sarananya yang menghubungkan beberapa negara di Afrika.

"Inovasi produksi bus listrik juga dapat dimanfaatkan oleh Kemenhub dalam mengembangkan program transportasi umum di daerah dengan skema Buy the Service," pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

INKA Siap Pasarkan E-INOBUS, Bus Listrik Ramah Lingkungan

PT Industri Kereta Api (INKA) siap memasarkan bus listrik buatan anak negeri yang bernama E-INOBUS guna menjawab tantangan dan kebutuhan transportasi masa depan yang ramah lingkungan.

"Rencananya, perpres yang baru untuk angkutan dalam kota nantinya sebisa mungkin menggunakan bus listrik. Jadi, kami telah mempersiapkan diri untuk itu," ujar Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) Agung Sedaju di Madiun, Rabu, 28 Oktober 2020.

Menurut ia, E-INOBUS saat ini telah mendapatkan Sertifikat Uji Tipe (SUT) kendaraan bermotor dari Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB), dilansir dari Antara.

INKA juga sedang melakukan uji jalan untuk ketahanan terhadap E-INOBUS yang penting dilakukan sebelum bus listrik tersebut diproduksi secara massal.

Agung Sedaju menjelaskan, bus listrik tersebut sudah dipesan oleh pemerintah Kongo. Pesanan tersebut merupakan bagian dari kontrak proyek yang telah ditandatangani INKA dengan Kongo untuk pengerjaan transportasi kereta dan listrik.

Saat ini, lanjutnya, yang sudah pesan dari Kongo ada 360 unit. Mereka sangat tertarik dengan bus listrik ini saat berkunjung ke INKA beberapa waktu lalu.

"Selain itu Perusahaan Daerah Pemprov Bali juga sudah kontrak," kata dia.

E-INOBUS merupakan kerja sama PT INKA (Persero) dengan perusahaan Taiwan Tron-E dan perusahaan karoseri lokal asal Malang, Jawa Timur, Piala Mas.

Secara spesifikasi, E-INOBUS memiliki panjang 8,1 meter dan lebar sekitar 2 meter dengan kapasitas 16 penumpang. Untuk pengisian daya, diperlukan waktu selama 3-4 jam dengan jarak tempuh sekali "charging" atau pengisian daya mencapai 200 kilometer.

Tingkat kebisingan pada bus listrik tersebut jauh lebih baik, yakni rata-rata sebesar 71 dB. Sedangkan bus tenaga diesel rata-rata kebisingannya sebesar 85 dB.

"Selain ramah lingkungan, biaya perawatan dan bahan bakar dari bus listrik ini juga lebih murah," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.