Sukses

Neraca Perdagangan Surplus 5 Bulan Berturut-turut, Ini Penyebabnya

Surplus neraca perdagangan pada September 2020 melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal memberikan apresiasi kepada para menteri bidang ekonomi. Hal ini menyusul surplus neraca perdagangan Indonesia yang terjadi pada September 2020 sebesar USD 2,44 miliar.

Surplus neraca perdagangan pada September 2020 ini merupakan surplus bulanan ketujuh kalinya sepanjang tahun 2020 dan melanjutkan tren surplus lima bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020

Salah satu menteri yang mendapatkan apresiasi atas capaian ini yaitu Menteri Perdagangan Agus Suparmanto

"Ini sebuah prestasi, kalau saya lihat Pak Agus Suparmanto penyebutannya jarang di media tapi kerjanya bagus. No talk, action only," kata Ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal di Jakarta, Kami (22/10/2020).

Menurut dia, surplusnya neraca dagang Indonesia karena ada peningkatan kinerja perdagangan, dan hal ini bisa menjadi sinyal pulihnya perekonomian nasional.

Selain itu, kinerja Menteri Keuangan Srimuyani Indrawati dan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita juga layak mendapat apresiasi. Di mana Srimulyani secara cepat mengeluarkan kebijakan fiskal di tengah pandemi COVID-19.

"Sri Mulyani Karena cepat responnya terhadap fiskal, stimulus meskipun PR-nya pencairannya. Agus Gumiwang mampu menjaga PMI (Purchasing Managers’ Index Indonesia)," kata dia.

Menurut dia, peningkatan surplus perdagangan yang disebabkan surplus nonmigas menjadi USD2,91 miliar bukan tiba-tiba saja. Melainkan hasil dari kinerja menteri-menteri ekonomi Jokowi.

Dimana secara kumulatif, neraca perdagangan Indonesia pada Januari–September 2020 tercatat surplus USD 13,51 miliar. Surplus tersebut bahkan telah melampaui surplus neraca perdagangan tahun 2017 yang mencapai USD 11,84 miliar, yang merupakan nilai surplus tertinggi dalam lima tahun terakhir (2015–2019).

"Kalau dibilang prestasi ini adalah prestasi utama dari pemerintahan Jokowi karena neraca dagang surplus. mungkin ada peran pandemi untuk tren impor yang melemah, tetapi kalau kita lihat tren impor bahan baku dan barang modal secara bulanan menunjukan tanda-tanda perbaikan," kata dia.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekspor dan Impor

Kemudian, dari sisi ekspor Indonesia yang mencapai USD 14,0 miliar ini terjadi karena solidnya kenaikan indeks manajer pembelian (Purchasing Managers Index/ PMI) Indonesia. Sempat anjlok di bulan April (27), tetapi rebound dengan solid hingga september.

"Kenaikan secara gradual di PMI ini turut meningkatkan kinerja perdagangan, karena kalau perdagangan ekspor itu kita sebenarnya berbicara dari industri karena ekspor itu surplus dari industri," kata dia.

Kenaikan PMI ini adalah buah dari intervensi non fiskal berupa relaksasi impor bahan baku dan barang modal yang dilakukan oleh kementerian perdagangan sejak april lalu.

Peningkatan kinerja ekspor Indonesia pada September 2020 sebesar 7 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) ini didorong adanya kenaikan ekspor migas (17,4 persen MoM) maupun nonmigas (6,5 persen MoM).

Sementara Impor Bahan Baku dan Penolong pada September 2020 Meningkat Sementara itu, impor bulan September 2020 tercatat sebesar USD 11,6 miliar atau naik 7,7 persen dibandingkan Agustus 2020.

Perbaikan kinerja ekspor bulanan Indonesia sejak Juni hingga September 2020 sejalan dengan membaiknya kondisi perekonomian global. Sebagai contoh, Singapura yang merupakan hub perdagangan bagi Indonesia di pasar global mengalami pertumbuhan yang lebih baik di triwulan III 2020 dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih tumbuh negatif.

Membaiknya perekonomian global juga tercermin pada proyeksi IMF pada World Economic Outlook yang dirilis pada Oktober 2020, yang merevisi perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun 2020 dari sebelumnya -4,9 persen menjadi -4,4 persen.

Faktor yang mendorong mulai membaiknya perekonomian global, antara lain adalah mulai diakhirinya karantina wilayah (lockdown) ataupun diterapkannya lockdown parsial, serta pemulihan ekonomi RRT yang lebih cepat dari ekspektasi sebelumnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.