Sukses

Prabowo vs Luhut, Siapa yang Paling Jago Tarik Investasi ke Indonesia?

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengirim dua menterinya untuk melakukan kunjungan diplomasi masing-masing ke Amerika Serikat (AS) dan China.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengirim dua menterinya untuk melakukan kunjungan diplomasi masing-masing ke Amerika Serikat (AS) dan China.

Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto diundang oleh Menteri Pertahanan AS, Mark Esper pada 15 Oktober hingga 19 Oktober 2020. Sedangkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan bertemu Menteri Luar Negeri China, Wang Yi.

Pengamat ekonomi INDEF, Bhima Yudhistira menilai hasil dari kunjungan ini tidak bisa dilihat dalam waktu dekat. Menurutnya, baik AS dan China memiliki pertimbangan tersendiri untuk melakukan kerjasama dengan Indonesia. Termasuk polemik yang terjadi di Indonesia baru-baru ini terkait dengan penolakan UU Cipta Kerja.

“Hasil dari kunjungan tadi bisa dilihat dalam beberapa bulan kedepan apakah perusahaan AS mau berinvestasi di Indonesia, khususnya relokasi pabrik dari China,” kata dia kepada Liputan6.com, Minggu (18/10/2020).

Bhima bahkan menyebutkan sejauh ini Indonesia belum mendapatkan satupun perusahaan dari AS yang melakukan relokasi investasi. Sebagai contoh, Harley Davidson yang lebih memilih Thailand dan Ford yang lebih memilih Vietnam ketimbang Indonesia.

“Tugas diplomasi mendatangkan investasi juga tidak cukup hanya dengan kunjungan, yang terpenting adalah merubah komitmen menjadi realisasi investasi. Followup yang terpenting. Disinilah butuh kesiapan ekosistem dan iklim investasi yang baik,” kata Bhima.

Sementara itu, menteri BUMN Kabinet Indonesia Bersatu II, Dahlan Iskan menilai suber investasi yang paling memungkinkan adalah China. Sebab, selama ini Indonesia necara perdagangan dengan China selelu tercatat surplus.

“Maka satu-satunya sumber yang saya lihat hanya Tiongkok. Negara itulah yang secara nyata punya dana lebih. Salah satu yang bisa masuk logika adalah di neraca perdagangan. Tiongkok selalu surplus ketika berdagang dengan Indonesia,” ujar Dahlan.

Menurut Dahlan, angka surplus itulah yang bisa harapkan sebagai sumber investasi China di Indonesia. Seperti juga selama ini China selalu menginvestasikan surplus neraca perdagangannya dengan AS untuk membeli obligasi disana.

“Itu berarti hubungan Indonesia-Tiongkok adalah suatu keniscayaan. Kecuali ketika Prabowo yang ke Amerika minggu ini bisa pulang dengan tiba-tiba membawa Donald Trump ke Indonesia,” ujar Dahlan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Menko Luhut ke China saat Pandemi, Minta Akses Batu Bara Indonesia Dibuka Lebar

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melakukan kunjungan ke Yunan Tiongkok pada tanggal 9-10 Oktober 2020. kunjungan tersebut untuk mensinergikan kebijakan di tengah pandemi Covid-19.

Dalam pertemuan ini, Luhut bertemu dengan Anggota Dewan Negara dan Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Wang Yi.

Luhut dan Wang Yi menggarisbawahi pentingnya kedua negara bersinergi lebih erat pada tatanan bilateral, regional dan multilateral, khususnya dalam menghadapi situasi dunia yang tidak menentu akibat pandemi Covid-19.

Oleh karena itu perdagangan dan investasi, kesehatan, pendidikan dan riset, vaksin, e-commerce, intelegensi artifisial (kecerdasan buatan) serta pertukaran budaya dan masyarakat menjadi topik bahasan utama dalam pertemuan bilateral antara keduanya.

Berbagai permasalahan atau hal pending dibahas dalam pertemuan bilateral dimaksud. Pemerintah RRT akan menindaklanjuti permohonan dari Luhut agar ada peningkatan akses pasar untuk buah tropis, produk perikanan dan seafood, serta sarang burung walet dan penambahan impor batu bara dari Indonesia.

Kemudian, Menlu RRT akan ikut mendorong keterlibatan perguruan tinggi RRT dalam pengembangan Pusat Konservasi, Penelitian dan Inovasi Tanaman Obat Tiongkok-Indonesia di Humbang Hasudutan, Sumatera Utara.

“Pusat ini bisa kaya sekali dengan herbal yang berjumlah 30,000 species lebih, saya berharap dukungan dari Zhejiang University, Yunnan University, dan Pusat Riset Unggulan di Bidang Tanaman Obat dan Industri Terkait” kata Luhut, dalam keterangan tertulis, Minggu (11/10/2020).

Kerja sama “Two Countries Twin Parks” yang sejak tahun lalu diusulkan oleh Pemprov Fujian juga akan ditindaklanjuti oleh Menlu Wang Yi. Luhut mengharapkan kerjasama ini bisa segera direalisasikan. Dari sisi Indonesia, sudah ada lokasi di Bintan seluas 4.000 ha dengan infrastruktur pendukung yang sudah relatif baik.

Konsep kerja sama menurut Luhut juga bisa dikembangkan menjadi “Two Countries Twin Parks with Multiple Zones”, dengan menyiapkan setidaknya tiga Kawasan Industri: Bintan, Batang dan Aviarna Semarang. Lalu pengembangan Tsinghua South East Asia Center di Pulau Kura-Kura, Bali juga menjadi perhatian Pemerintah RRT.

3 dari 3 halaman

Kolaburasi Riset

Luhut berharap agar Pemerintah Tiongkok dapat mendorong para profesor dan pakarnya melakukan kolaborasi riset dengan Tsinghua South East Asia Center dan agar perusahaan teknologi seperti Huawei, dan Tencent ikut berinvestasi disana.

Menlu Wang Yi menyatakan bahwa pihak Tiongkok selalu memandang hubungan Tiongkok-Indonesia dari sudut strategis. Kedua negara diharapkan dapat memperkokoh saling percaya politik dan terus memperdalam kerja sama yang saling menguntungkan. Kerja sama di berbagai area telah mencapai progress yang luar biasa cepat, kata Wang Yi.

Terkait dengan kerjasama alih teknologi vaksin, Menlu Wang Yi menyampaikan Indonesia adalah negara dengan kapasitas produksi vaksin terkuat di Asia Tenggara sehingga bisa menjadi peluang bagi perusahaan Tiongkok.

“Kami akan mendukung perusahaan kami untuk meningkatkan kerja sama, khususnya berbagi teknologi dan pengalaman, supaya Indonesia bisa menjadi pusat produksi vaksin di kawasan Asia Tenggara,” ujar Wang Yi.

Selain itu, kerja sama Program Pengentasan Kemiskinan Berbasis Iptek belajar dari pengalaman Tiongkok juga akan menjadi salah satu kerja sama strategis jangka panjang kedua negara. Menlu Wang Yi akan menindaklanjuti permintaan Menko Luhut agar Tiongkok dapat berbagi pengalaman melalui program ini melalui K/L yang terkait.

Di era pandemi ini, kami masih bisa membebaskan semua kemiskinan sesuai target schedule kami, dan ini merupakan pertama kalinya sudah menghapuskan kemiskinan murni dalam sejarah 5.000 tahun. Kami bersedia berbagi pengalaman dengan Indonesia, dan akan menghubungkan dengan kantor yang terkait” pungkas Wang Yi.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.