Sukses

Harga Minyak Turun Dipicu Meningkatnya Kasus Covid-19

Harga minyak mentah berjangka Brent turun 23 sen menjadi USD 42,93 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun tipis pada perdagangan Jumat, terseret oleh kekhawatiran bahwa lonjakan kasus COVID-19 di Amerika Serikat dan Eropa akan terus menyeret permintaan di dua wilayah dengan konsumen bahan bakar terbesar di dunia.

OPEC +, kelompok Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutunya termasuk Rusia, khawatir gelombang kedua pandemi yang berkepanjangan dan lonjakan produksi Libya dapat mendorong pasar minyak menjadi surplus tahun depan, menurut dokumen rahasia yang dilihat oleh Reuters. Ini menjadi prediksi yang jauh lebih suram dibandingkan sebulan yang lalu.

Dikutip dari CNBC, Sabtu (17/10/2020), harga minyak mentah berjangka Brent turun 23 sen menjadi USD 42,93 per barel, dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 8 sen menjadi USD 40,88 per barel.

“Kenyataannya adalah kita sekarang melihat penyebaran pandemi yang cukup aktif di seluruh Eropa dan menyebar lagi di Amerika Utara, dan itu berpotensi akan membebani pemulihan permintaan minyak,” kata Lachlan Shaw, Kepala Penelitian Komoditas di National Bank Australia.

Beberapa negara Eropa menghidupkan kembali jam malam dan penguncian (lockdown) untuk melawan lonjakan kasus virus Corona. Inggris memberlakukan pembatasan COVID-19 yang lebih ketat di London pada hari Jumat.

Panel pejabat dari OPEC+, yang disebut Komite Teknis Bersama, membahas skenario terburuk mereka selama pertemuan bulanan virtual pada hari Kamis. Itu melibatkan inventaris komersial dari konsumen utama dunia yang tetap lebih tinggi daripada rata-rata lima tahun pada 2021, bukannya jatuh di bawah angka itu.

Komite Pemantau Bersama Kementerian (JMMC) kelompok itu, akan mempertimbangkan prospek saat bertemu pada hari Senin. JMMC dapat membuat rekomendasi kebijakan.

"Kami mengharapkan pada pertemuan hari Senin beberapa kata yang kuat tentang kompensasi untuk ketidakpatuhan (anggota)," kata Paola Rodriguez-Masiu, analis pasar minyak senior Rystad Energy.

“Apa yang semua orang bertanya-tanya adalah apakah akan ada tindakan melawan yang tertinggal kali ini atau apakah bashing akan tetap pada tingkat verbal," lanjutnya.

OPEC+ mengatur untuk mengurangi pengurangan pasokan saat ini sebesar 7,7 juta barel per hari (bph) sebesar 2 juta barel per hari di bulan Januari.

Di Amerika Serikat, pengebor mulai menambahkan rig minyak sejak memotongnya ke level terendah 15 tahun pada bulan Agustus. Minggu ini, mereka menambahkan rig minyak terbanyak dalam seminggu sejak Januari, meningkatkan jumlah tersebut 12 menjadi 205, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lockdown di Eropa Tekan Harga Minyak

Kemarin, Harga minyak turun pada penutupan perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta). Sentimen pendorong penurunan harga minyak karena adanya pembatasan gerak untuk membendung lonjakan infeksi Covid-19.

Pembatasan tersebut meningkatkan ketidakpastian atas prospek pertumbuhan ekonmi dan pemulihan permintaan akan bahan bakar.

Mengutip CNBC, Jumat (16/10/2020), harga minyak mentah berjangka Brent turun 25 sen atau 0,6 persen dan diperdagangkan pada USD 43,06 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup turun 8 sen atau 0,19 persen ke leve USD 40,96 per barel.

Penurunan harga minyak tertahan oleh data industri yang menunjukkan penurunan persediaan minyak AS minggu lalu. The U.S. Energy Information Administration mengatakan pada Kamis bahwa persediaan turun 3,818 juta barel pada minggu sebelumnya, lebih besar dari perkiraan analis yang sebesar 1,9 juta barel.

Sedangkan The American Petroleum Institute pada hari Rabu mengatakan persediaan minyak mentah, bensin dan sulingan AS semuanya turun dalam sepekan hingga 9 Oktober.

Beberapa negara Eropa menghidupkan kembali jam malam dan lockdown untuk menahan peningkatan kasus Covid-19. Inggris diperkirakan akan memberlakukan pembatasan yang lebih ketat di London mulai tengah malam pada hari Jumat.

"Jika permintaan melemah secara nyata, OPEC + tidak akan punya pilihan selain membatalkan peningkatan produksinya jika tidak ingin mengambil risiko kelebihan pasokan baru dan penurunan harga minyak," tulis Commerzbank dalam catatannya.

OPEC dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC +, akan menurunkan produksi secara bertahap sebesar 2 juta barel per hari (bph), dari 7,7 juta bpd saat ini. Penurunan akan dilakukan pada Januari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.