Sukses

Terkuak, Pandemi Bikin Keluarga Kerajaan Inggris Harus Rela Hilang Harta hingga Rp 658 M

Tidak dipungkiri banyak orang dan industri yang terkena dampak dari pandemi Covid-19. Salah satunya keluarga kerajaan Inggris.

Liputan6.com, Jakarta Dampak pandemi bisa dibilang memberikan dampak tak pandang bulu. Siapa sangka, keluarga Kerajaan Inggris ternyata ikut menanggung dampak pandemi Covid-19.

Keluarga paling tenar di dunia ini harus menanggung kerugian akibat pandemi Covid-19 hingga £ 35 juta (USD 44,5 juta) setara Rp 658,5 miliar.

“Pandemi Covid-19 ikut berdampak terhadap ‘hibah kedaulatan’ yang selama ini diterima monarki dari pemerintah yang didanai oleh pembayar pajak,” kata Michael Stevens, yang mengelola keuangan keluarga kerajaan Inggris, melansir dari CNBC, Selasa  (6/10/2020).

Selama ini, pendapatan tahunan Kerajaan Inggris, pada dasarnya berasal dari portofolio properti dan tanah kerjaan. Sejak dari dua tahun lalu diperhitungkan sebagai hibah negara.

“Keluarga Kerajaan Inggris ini telah memperkirakan laba bersih untuk tahun ini akan turun ‘secara signifikan," ujar Stevens saat memberikan pengarahan menjelang rilis laporan keuangan tahunan.

Stevens mengatakan akibat dari kerugian keuangan imbas pandemi Covid-19, adalah proyek perbaikan di Istana Buckingham diperkirakan menerima lebih dari £ 20 juta lebih sedikit dana dari hibah negara.

Proyek 10 tahun itu disetujui dengan biaya £369 juta. Namun karena kekurangan dana maka biaya proyek turun menjadi total £349 juta.

Salah satu yang akan terpengaruh juga adalah Royal Collection Trust, atau RCT, yang merupakan badan amal yang memelihara koleksi seni monarki dan didanai dari penerimaan pengunjung ke istana kerjaan. Penurunan pengunjung karena pandemi diprediksi menurunkan jumlah pendapatan yang ‘signifikan’ untuk RCT.

"Ini merupakan sebagian besar proyeksi pendapatan yang kami perkirakan akan turun menjadi sekitar £ 5 juta per tahun untuk tiga tahun ke depan," jelas Stevens.

Stevens menambahkan, "dalam menanggapi tantangan ini, kami tidak berniat meminta dana tambahan tetapi akan berusaha mengelola dampaknya melalui upaya dan efisiensi kami sendiri."

Istana Buckingham dilaporkan tidak merencanakan pemutusan hubungan kerja berkaitan dengan kondisi keuangan. Sebagai gantinya akan menutupi kerugian dengan melakukan penghematan.

 

Reporter: Tasya Stevany

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kenalin, Ini Dia Calon Miliarder Termuda AS

Pemuda 28 tahun bernama Thomas Healy akan menjadi miliarder termuda di Amerika. Yakni ketika pemegang saham Grup Akuisisi Tortoise yang diperdagangkan secara publik memberikan suara pada 28 September untuk mengakuisisi Hyliion, perusahaan truk listriknya.

Setelah itu, simbol Hyliion akan berubah dari SHLL menjadi HYLN, dan perusahaan akan mendapatkan uang tunai USD 560 juta (Rp 8,3 triliun) untuk membangun visi Healy di masa depan, yakni truk heavy-duty buatannya yang dialiri listrik.

Dilansir dari laman Forbes, Minggu (4/10/2020), juru bicara Tortoise bersikeras bahwa saham SHLL dengan harga USD 42 (Rp 627 ribu) ini telah naik empat kali lipat sejak bulan Juni.

Kapitalisasi pasar ekuitas tersirat dari Hyliion mencapai USD 6,7 miliar (Rp 100 triliun). Menurut pengajuan SEC, Healy akan menjadi pemegang saham terbesar, dengan 22,9 persen perusahaan atau 34,97 juta saham, senilai hampir USD 1,5 miliar (Rp 22 triliun).

Dia mungkin tidak secerdas truk listrik miliarder lainnya seperti Elon Musk atau mantan CEO Nikola Trevor Milton, tetapi Healy memiliki satu hal yang tidak ada di Tesla dan Nikola dalam hal membawa teknologi revolusioner.

Sejauh ini sudah ada 20 truk yang beroperasi dengan powertrains listrik Hyliion, yang dibangun melalui usaha bersama Dana Corp dan Volvo. Tesla mengatakan, tahun ini pihaknya menunda produksi Semi-nya hingga 2021. Sementara itu, saham Nikola telah jatuh dari USD 70-an menjadi kurang dari USD 20 di tengah tuduhan penipuan dan kepergian Milton.

Sebagai informasi, ia berasal dari Massachusetts. Dan saat remaja, Healy sibuk mengikuti kompetisi balap mobil dan go-kart tingkat nasional. Dia mempelajari mekanisme di balik mesin dan mulai merancang drivetrains listrik di kamar asramanya di Carnegie Mellon. Ia juga pernah menjadi pemain awal untuk tim sepak bola CMU Tartans.

"Saya seorang tukang roda gigi. Saya tumbuh di dunia balap," kata Healy.

Healy yang mempelajari teknik mesin telah mengembangkan "e-axle", sebuah gardan yang dialiri listrik, didukung oleh baterai lithium-ion yang dapat digabungkan ke dalam drivetrain truk jarak jauh Kelas 8 tradisional.

E-axle dapat dipasang ke truk lama atau dibangun menjadi yang baru. Manfaatnya, e-axle akan memberikan bantuan menambahkan tenaga dan torsi yang memungkinkan blok diesel bekerja lebih efisien sehingga meningkatkan jarak tempuh bahan bakar dan menurunkan emisi.

Sistem ini juga menangkap tenaga melalui pengereman regeneratif yang mengingat massa semi-truck jadi cukup besar. Baterai harus mampu menyerap daya 5 kilowatt-jam dari pengereman di tanjakan curam, kemudian berbalik dan memberi makan tenaga itu saat kembali ke drivetrain selama akselerasi.

Pada 2017 lalu, Forbes menunjuk Healy sebagai finalis dalam proyek 30 Under 30 tahunan. E-axle Healy pun berevolusi menjadi sistem drivetrain lengkap yang oleh Hyliion disebut Hypertruck ERX.

Pendekatan Healy kontras dengan penggerak pertama Tesla dan Nikola. Hal inilah yang membuat investor menaruh harap besar padanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.