Sukses

Ekspor Minyak Sawit Indonesia Turun 11 Persen di Tengah Pandemi

Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti kinerja ekspor minyak sawit yang merosot di tengah pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyoroti kinerja ekspor minyak sawit yang merosot di tengah pandemi Covid-19. Dia menjelaskan saat ini ekspor sawit turun 11 persen di semester I 2020 dibanding periode yang sama tahun lalu.

"Kinerja ekspor minyak sawit Indonesia mengalami penurunan sekitar 11 persen pada semester I 2020 dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Ma'ruf Amin saat memberikan sambutan di acara Launching Santripreneur Berbasis UKMK Sawit Sebagai Program Pemberdayaan Ekonomi Daerah melalui daring, Kamis (1/10/2020).

Ma'ruf menjelaskan, penurunan ekspor sawit telah memberikan dampak negatif kepada para petani serta pelaku usaha terkait sawit. Sebab itu diperlukan upaya penguatan pada pasar domestik minyak sawit agar kinerjanya terus membaik.

"Upaya penguatan pasar domestik ini dapat dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak. Kolaborasi ini penting guna memperbesar dan mempercepat proses produksi, distribusi dan pemasaran produk sawit," ungkap Ma'ruf.

Dia menjelaskan negara tujuan utama ekspor minyak sawit Indonesia masa lalu didominasi Eropa. Tetap sejak beberapa waktu terakhir berubah dan terdiversifikasi antara lain ke India, Tiongkok dan Afrika. Walaupun demikian, Ma'ruf menjelaskan konsumsi minyak sawit di dalam negeri pun tumbuh positif.

"Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat, konsumsi domestik minyak sawit di semester I 2020 sebesar 8,66 juta ton, atau secara kumulatif naik sekitar 2,8 persen," ungkap Ma'ruf.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Produk Minyak Sawit Berkelanjutan Belum Banyak Dicari Konsumen

Sebelumnya, Direktur Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) Indonesia, Tiur Rumondang berkomitmen mendorong produk konsumsi berlabel minyak sawit berkelanjutan di Tanah Air. Seperti diketahui, produksi minyak sawit berkelanjutan di dunia telah mencapai 15,4 juta ton, sebanyak lebih dari 50 persen berasal dari Indonesia.

Namun, sayangnya produk konsumsi berlabel minyak sawit berkelanjutan masih jarang ditemui, ini lantaran ada anggapan permintaan pasar untuk produk berlabel minyak sawit berkelanjutan di Indonesia masih rendah. Sehingga memaksa produsen produk-produk berbahan baku minyak sawit berkelanjutan belum menyediakannya.

"Selama 14 tahun RSPO memproduksi standar palm oil. Namun tidak dapat disangkal pada kenyataannya angka tersebut sekitar 15 juta RSPO yang tidak terserap pasar," kata dia dalam diskusi di Jakarta, Rabu (19/8/2020).

Dia menyampaikan, untuk mendukung produk minyak sawit berkelanjutan memang memerlukan dukungan semua pihak, baik dari produsen, pemangku kepentingan hingga pengusaha sawit. Menurutnya semua bertanggungjawab untuk sama-sama melakukan transformasi minyak sawit berkelanjutan.

"Kami punya struktur pengambilan keputusan untuk adopsi keberlanjutan seluruh anggota yang akan kontribusi dari berbagai prespektif dan keahlian masing-masing dapat dijalankan semua pihak. Apapun yang disepakati dapat dilaksanakan dan diukur oleh seluruh pemangku kepentingan RSPO," jelas dia.

3 dari 3 halaman

Kendala

Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholders Engagement, Agus Purnomo mengatakan, konsep produk konsumsi minyak sawit berkelanjutan menjadi sesuatu yang penting. Pihaknya pun mendukung upaya RSPO untuk mendorong insiasi tersebut.

"Penting dan memang kalau kita liat di dalam perjalanannya kami dukung konsep ini karena kebanyakan diskusi aspek berkelanjutan produk kelapa sawit fokus kepada menjaga hutan kesejahteraan masyarakat itu semua penting tapi tidak cukup," jelas dia.

Kendati begitu, ketika sudah menghasilkan produk sertifikat keberlanjutan minyak sawit kendala lain terjadi pada konsumen. Sebab, konsumen belum mencari produk tersebut.

"Semua ditumpu kepada produsen. Ini sesuatu yang memang tidak bisa dilanjutkan. Karena beban berat," imbuh dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.