Sukses

Penyaluran Dana PEN Capai Rp 304 Triliun, Ini Rinciannya

Realisasi penyaluran PEN di klaster kesehatan mencapai Rp 21,99 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - Sampai dengan 28 September 2020, realisasi penyaluran anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) mencapai Rp 304,63 triliun. Angka tersebut sebesar 43,8 persen dari pagu yang tercatat Rp 692,2 triliun.

“Realisasi program PEN sudah mengalami akselerasi yang signifikan selama bulan Agustus dan September 2020,” ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam video konferensi, Rabu (30/9/2020).

Akselerasi tersebut, diantaranya dipengaruhi percepatan belanja penanganan covid-19. Percepatan program PEN lainnya, seperti DAK fisik, DID Pemulihan dan Kartu Prakerja. Juga adanya program-program baru yang langsung segera direalisasikan. Seperti Bantuan Produktif UMKM dan subsidi gaji.

Dalam paparannya, Suahasil merincikan realisasi PEN hingga 28 September 2020. Untuk klaster kesehatan, realisasinya naik 7,82 persen dibanding Agustus mencapai Rp 21,99 triliun. Perlindungan sosial baik 37,92 persen mencapai Rp 150,86 triliun.

“Kluster kesehatan peningkatan realisasinya cukup tinggi. Perlindungan sosial ini rutin. Karena berlangsung rutin setiap bulannya mungkin sekitar Rp 35-37 triliun,” kata dia.

Kemudian realisasi penyaluran anggaran PEN sektoral K/L dan Pemda realisasi nya Rp 25,3 triliun atau naik 11,55 persen. Insentif usaha naik 8,76 persen sebesar Rp 27,61 triliun. Serta dukungan UMKM naik 26,97 persen menjadi Rp 79,06 triliun.

“Untuk pembiayaan korporasi, kita menunggu proses administrasi tata kelolanya dalam bentuk penerbitan peraturan peraturan pemerintah,” pungkas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ekonom: Masalah Utama Penyaluran PEN Terletak pada Data

Sebelumnya, ekonom Indef yang juga menjabat sebagai Komisaris Independen PT Bank Mega Tbk Aviliani mengatakan, permasalahan penyerapan bantuan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) terletak pada data. Ia menilai program PEN sangat bagus, tetapi masalahnya ada pada realisasi penyaluran yang terkendala data. 

“Untuk yang berkaitan dengan demand side sebetulnya cukup besar yaitu Rp 203 triliun dan sisanya sekitar Rp 400 triliun sekian itu untuk supply side. Nah di dalam demand side pemerintah ada beberapa persoalan yang dihadapi, pertama persoalan data,” kata Aviliani dalam The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 8) Banking Industry Perspective, pada Selasa 29 September 2020.

 

Menurutnya, orang miskin baru selama covid-19 belum terdeteksi semuanya, hanya sebagian orang miskin yang telah diberikan bantuan. Tetapi untuk sebagian lagi orang miskin baru sedang diverifikasi datanya. Sehingga masalah utama dari penyaluran PEN adalah masalah data.

Lanjutnya, masalah kedua, untuk bantuan subsidi gaji di bawah Rp 5 juta ini banyak merangkul sektor formal dibanding sektor informal. Padahal kata Aviliani sektor informal cukup banyak, hanya saja belum terdeteksi dari sisi pendataan Pemerintah.

“Oleh karena itu memang problem pemerintah adalah implementasinya (PEN) sampai dengan bulan September ini baru 35 persen, makanya dikatakan kita masuk jurang resesi. Mudah-mudahan di triwulan ke-4 bisa terserap, oleh karena itu mungkin yang dibutuhkan adalah gunakanlah data yang ada saja,” ujarnya.

Di samping itu, pemerintah harus mencari-cari data baru tapi susah. Kata Aviliani, lebih baik memberikan bantuan secara menyeluruh kepada data yang sudah diperoleh dahulu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.