Sukses

Sedih, Pandemi Terpaksa Bikin Orang Kurangi Makan karena Tak Ada Uang

Sekitar 36 persen responden menyatakan bahwa mereka seringkali mengurangi porsi makan karena masalah keuangan di tengah pandemi ini.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 berdampak panjang bagi kesejahteraan manusia di dunia. Hal ini tentu saja menjadi tantangan yang cukup besar bagi pemerintah saat ini. Tak hanya soal kesehatan, pandemi ini telah membuat sebagian besar masyarakat mengalami gangguan ekonomi dan sosial. 

"Skala pandemi munculkan tangangan bagi pemerintah. (Karena) kondisi darurat ini munculkan dampak berbagai sektor ekonomi, kesehatan dan sosial kepada individu yang terdampak langsung," kata Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Bappenas, Subandi Sarjoko di Jakarta, Senin (28/9/2020).

Berdasarkan kajian atau penelitian terkait dampak Covid-19 terhadap keluarga, perempuan, dan anak mendapatkan hasil mengejutkan. Di mana sebanyak 70,53 persen responden berpendapatan rendah mengaku mengalami penurunan pendapatan.

Kemudian, dampak pandemi Covid-19 kepada anak dalam program belajar jarak jauh juga menyebutkan sebanyak 37 persen anak tidak bisa mengatur waktu belajar. Kemudian 30 persen anak kesulitan memahami pelajaran dan 21 persen anak tidak memahami instruksi guru.

Selanjutnya kajian lainnya juga menyebutkan mengenai dampak terhadap kesehatan ibu dan anak. Sekitar 36 persen responden menyatakan bahwa mereka seringkali mengurangi porsi makan karena masalah keuangan di tengah pandemi ini.

"Atas dasar itu, pemerintah telah berkomitmen untuk mengurangi penurunan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bentuk program bantuan terutama mereka yang berada di garis kemiskinan," kata dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Cerita Pilu Hadapi Pandemi, Pendapatan Berkurang hingga Terpaksa Pecat Pegawai

Pandemi Corona Covid-19 sangat berdampak ke ekonomi. Banyak masyarakat yang penghasilannya turun, bahkan hilang karena berbagai kebijakan yang dikeluarkan untuk menahan penyebaran virus Covid-19. 

Seperti yang dialami oleh Juniardi Firdaus. Pria ini  terpaksa merumahkan tiga karyawan toko sembako miliknya di kawasan Depok, Jawa Barat. Sejak virus Covid-19 menyebar di Indonesia, pendapatan warungnya turun drastis.

 

Sebelum pandemi, dalam sehari Toko Awit Depok Timur ini bisa meraup omzet Rp 2 juta sampai Rp 3 juta per hari. Kini, warungnya hanya beromzet Rp 500 ribu per hari.

"Sebelum pandemi, omzet warung Rp 2 juta sampai Rp 3 juta. Sekarang omzet Rp 500 ribu sampai Rp 1 juta sehari," kata Firdaus kepada merdeka.com, Jakarta, Minggu (27/9/2020).

Sebelum pandemi, pelanggan warung kelontong milik Firdaus dari berbagai kalangan. Mulai dari anak sekolah, guru, pedagang keliling, warga komplek hingga warga kampung.

Lokasi warung kelontong Firdaus terbilang strategis. Berseberangan dengan sekolah, dan tidak jauh dari komplek perumahan warga menengah. Selain itu juga ada ada perkampungan warga di belakang toko sembakonya.

Sayangnya, sejak pandemi Covid-19 sekolah ditutup. Lalu banyak wilayah yang ditutup untuk membatasi aktivitas masyarakat. Semata untuk menghindari penyebaran virus corona.

"Pas sekolah libur, semua hilang, belum lagi jalan diportal," ungkap Firdaus.

Selama pandemi ini pelanggannya pun menurun drastis. Menyisakan warga kampung yang jalannya tak ditutup.

Dia bercerita, sebelum pandemi warungnya ramai dikunjungi pelanggan. Bahkan, baru tutup menjelang tengah malam. Sekarang, dia lebih banyak melamun menunggu pembeli datang.

"Pelanggan berkurang, jadi banyak nganggurnya ketimbang melayani konsumen," katanya seraya tertawa.

Bahkan beras yang merupakan kebutuhan pokok pun tak laku dijual lantaran banyak warga yang mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Padahal, sebelumnya dalam sebulan dia mampu menjual beras hingga 200 kilogram sebulan.

Kini sembako yang masih dicari pelanggan berupa terigu, minyak, gula pasir, susu, mi instan, dan telur.

3 dari 3 halaman

Cerita Karyawan

Pegawai sektor formal pun ikut terkena imbas dari Pandemi Covid-19. Meski tidak mengalami pemberhentian hubungan kerja (PHK), tidak sedikit dari mereka yang mengalami penurunan pendapatan.

Salah satunya Mustabsyirotul Ummah atau yang akrab disapa Sita. Sejak pandemi, dia mengalami penurunan pendapatan hingga 50 persen.

"Tunjangan kinerja turun 60 persen, uang makan dan transport hilang. Jadi totalnya turun 50 persen," ungkap Sita saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Minggu (27/9/2020).

Meski berbagai tunjangan yang biasa dia dapatkan berkurang drastis, gaji pokok yang diterima tetap sama. Menurunnya tunjangan karena berbagai aktivitas seperti penelitian dan pengabdian tidak bisa dilakukan selama virus corona di Bandung mewabah.

"Gaji pokok tidak berkurang, cuma remunerasinya berbeda. Saya tidak bisa banyak dapat tunjangan kinerja karena penelitian dan pengabdian susah (dilakukan)," tuturnya.

Dalam menyiasati penurunan pendapatan ini, Sita pun harus memutar otak agar tetap bisa memenuhi kebutuhan keluarga selama satu bulan. Ibu satu anak ini pun memakai cara berbelanja di akhir bulan.

Sebagai pekerja yang mendapat upah di awal bulan, Sita justru memilih belanja bulanan di akhir bulan. Sebab, saat uangnya mulai berkurang dia akan membelanjakan uang dengan lebih bijak dan sesuai kebutuhan.

"Pas punya uang mepet dan harus belanja, itu secara psikologis akan lebih membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan yang memang penting dan memang butuh dibandingkan belanja saat punya uang. Kalau belanja pas punya uang itu justru kehabisan," Sita bercerita.

Untuk itu saat menerima gaji, Sita langsung membagi pendapatannya sesuai pos kebutuhannya. Bahkan dia mentransfer gaji ke rekening berbeda untuk memudahkan saat penggunaannya.

"Pas gaji masuk langsung transfer ke rekening lain, untuk tabungan dan keperluan kebutuhan bayi," kata dia.

Cara inilah yang digunakan Sita dan keluarga kecilnya bertahan hidup di masa pandemi. Lantaran masih memiliki bayi, dia pun mengurangi berbagai aktivitas di luar. Semisal bertemu dengan teman-teman di kafe atau sekedar nonton di bioskop.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.