Sukses

Penurunan Aktivitas Penerbangan Berdampak Besar ke Pertumbuhan Ekonomi

Aktivitas pariwisata dan sektor industri merupakan dua aktivitas ekonomi yang paling merasakan dampak pandemi covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas pariwisata dan sektor industri merupakan dua aktivitas ekonomi yang paling merasakan dampak pandemi covid-19. Termasuk didalamnya adalah bisnis penerbangan atau sektor jasa angkutan udara.

Menurut laporan BPS, pertumbuhan sektor penerbangan pada kuartal I 2020 ini mengalami kontraksi hingga sebesar 13,3 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara untuk kunjungan wisatawan asing pada kuartal I juga mengalami kontraksi sebesar 31 persen, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu begitu juga dengan wisatawan domestik.

Sosiolog Universitas Indonesia Ricardi S Adnan mengatakan, penurunan wisatawan dan permintaan sektor penerbangan menurunkan PDB nasional sebesar -0,18 persen, kemudian konsumsi rumah tangga juga akan turun -0,55 persen dan tenaga kerja akan turun -0,54 persen.

“Dua jenis simulasi dilakukan dalam studi ini untuk melihat dampak covid-19 secara keseluruhan dan dampak penurunan permintaan pada sektor penerbangan,” kata Ricardi dalam webinar Resiliensi Kinerja dan Strategi Pemulihan Bisnis Sektor Transportasi Udara Pada Saat dan Pasca Pandemi covid-19, Rabu (23/9/2020).

Lanjutnya, untuk dampak covid-19 disebabkan adanya disrupsi perdagangan internasional karena resesi global, penurunan jumlah wisman, containment measure atau pembatasan sosial dan disertai adanya stimulus fiskal.

Sedangkan untuk dampak menurunnya permintaan sektor penerbangan, disebabkan turunnya wisman 75 persen dan turunnya air travel lokal karena covid-19 berdasarkan Google mobility report (asumsi sampai bulan Agustus).

“Yang menjadi tantangan kita paling tidak tren yang kita temukan sudah terlihat salah satunya adalah dampak covid-19 pada PDB itu sudah dapat dipastikan minus, dari hasil kami antara -4, 97 persen, dengan penurunan PDB terbesar dirasakan DKI Jakarta 7,5 persen; Bali 7,3 persen; Banten 7 persen, dan Jabar 6,6 persen,” pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI: Pertumbuhan Ekonomi Global Mulai Membaik

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi global sejak tahun 2019 telah mengalami penurunan akibat perang dagang Amerika Serikat dengan China. Perlambatan ekonomi pada tahun 2020 pun diperburuk oleh menyebarnya virus corona yang saat ini telah menjangkiti 213 negara.

"Di tengah itu kita mengalami pandemi Covid-19 yang bukan hanya menginfeksi manusia tetapi juga ekonomi global dan Indonesia," kata Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia, Filianingsih Hendarta dalam Webinar bertajuk Transformation In Financial Industry: Shifting Of Service Into Digital Platform In The Era Of New Normal, Jakarta, Selasa (22/9).

Hingga 20 September 2020, WHO mencatat sudah ada 30 juta kasus terkonfirmasi positif corona di dunia. Setidaknya dalam waktu yang sama Indonesia menyumbang 248 ribu pasien terpapar Covid-19.

Pandemi ini pun tak membuat para negara baju seperti Amerika Serikat, Jepang atau berbagai negara maju lainnya tangguh dalam menghadapi perlambatan ekonomi. Bahkan Indonesia sebagai negara berkembang harus merasakan kontraksi minus 5,23 persen pada triwulan III-2020.

Namun begitu, Filianingsih mengatakan saat ini perkembangan ekonomi global maupun domestik mulai menunjukkan perbaikan. Perbaikan global didorong membaiknya kinerja ekonomi di Amerika Serikat dan China.

"Secara bertahap mulai membaik dan ditopang perbaikan kinerja ekonomi di Tiongkok dan Amerika Serikat," kata Filianingsih.

Perkembangan ini menunjukkan secercah harapan dari sisi global. Kondisi ini juga dipicu dengan melandainya penyebaran virus di dua negara tersebut. Dampaknya, mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global.

"Ini mendorong meningkatnya mobilitas masyarakat global," kata dia.

Di sisi lain perekonomian domestik secara perlahan juga mulai membaik. Hal ini tercermin dari indikasi konsumsi yang membaik.

"Disisi domestik juga ada perbaikan yang secara perlahan ini meski masih ada keterbatasan," kata dia.

Indeks kepercayaan konsumen juga mulai meningkat. Tentunya ini sejalan juga dengan mobilitas masyarakat di dalam negeri.

Tercermin dari aktivitas ekspor yang berjalan baik dan penyaluran bantuan sosial dari pemerintah. Tak ketinggalan pencairan gaji ke-13 bagi ASN juga memberikan dampak positif.

Untuk itu, Filianingsih berharap momentum ini bisa terus terjaga ditengah ketidakpastian saat ini. "Momentum baik ini harus terus dijaga agar perbaikan ini terus berlanjut," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini