Sukses

RUU BI dan Ramalan Sri Mulyani Bikin Rupiah Melemah

Sri Mulyani mengeluarkan prediksi soal resesi yang bakal terjadi di kuartal III 2020.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ditutup melemah dalam perdagangan Rabu (23/9/2020). Rupiah ditutup melemah tipis 30 poin dari yang sebelumnya 65 poin di level 14.815  per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.785 per dolar AS.

Direktur PT TRFX Garuda Ibrahim Assuaibi menyatakan, melemahnya rupiah disebabkan oleh mencuatnya RUU Bank Indonesia (BI) dan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani soal kemungkinan terjadinya resesi di Indonesia.

Disebutkan, pasar terus memantau perkembangan tentang rancangan amandemen UU BI yang diajukan DPR bulan ini, dimana menteri bisa mempengaruhi strategi BI untuk membantu mendanai defisit anggaran, dan ini di anggap janggal sehingga perlu dipertanyakan oleh investor asing.

"Ditambah lagi ramalan Menteri Keuangan terkait Indonesia akan resesi membuat investor berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia, terutama investasi surat utang negara (SUN), obligasi dan valas," ujar Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (23/9/2020). 

Sebelumnya, Sri Mulyani mengungkapkan ramalan soal resesi yang bakal terjadi di kuartal III-2020.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1 persen hingga positif 0,2 persen, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9 persen sampai minus 1,0 persen. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Selasa 22 September 2020.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Eksternal

Secara eksternal, indeks dolar menguat disebabkan penjualan rumah di AS yang melonjak jadi 6 juta pada Agustus 2020. Selain itu Komentar dari Presiden The Fed Chicago Charles Evans yang mengatakan bahwa ekonomi AS beresiko mengalami pemulihan yang lambat dan tidak bisa langsung keluar dari resesi tanpa bantuan stimulus fiskal.

Dia juga mengisyaratkan bahwa mungkin saja The Fed menaikkan suku bunga sebelum inflasi mulai mencapai rata-rata 2 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.