Sukses

Rupiah Tertekan Usai Testimoni Gubernur The Fed soal Ketidakpastian Ekonomi

Rupiah dibuka di angka 14.775 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya di level 14.785 per dolar AS

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tertekan pada Rabu pekan ini. Hal ini pasca testimoni Gubernur The Federal Reserve Jerome Powell.

Mengutip Bloomberg, Rabu(23/9/2020), rupiah dibuka di angka 14.775 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya di level 14.785 per dolar AS. Namun pada pukul 10.22 WIB, rupiah melemah ke 14.832 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.765 per dolar AS hingga 14.832 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,97 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.782 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.835 per dolar AS.

"Sentimen penguatan dolar AS masih terlihat di pasar keuangan pasca testimoni Gubernur Bank Sentral AS di hadapan Kongres yang mengungkapkan bahwa ekonomi masih penuh ketidakpastian," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra dikutip dari Antara, Rabu (23/9/2020).

Mempertimbangkan sentimen tersebut, lanjut Ariston, rupiah berpotensi tertekan terhadap dolar AS pada hari ini.

"Di sisi lain, dari dalam negeri, kepastian resesi juga bisa menjadi tekanan untuk rupiah hari ini," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah bergerak di kisaran Rp14.750 per dolar AS hingga Rp14.850 per dolar AS.

Pada Selasa (22/9) lalu, rupiah ditutup melemah 85 poin atau 0,58 persen menjadi Rp14.785 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.700 per dolar AS.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penutupan Perdagangan Kemarin

Nilai tukar rupiah ditutup melemah 85 point di level 14.785 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.700 per dolar AS. Sejumlah faktor eksternal dan internal mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, dari sisi ekternal, pasar tersentak setelah munculnya skandal perbankan global mencuat setelah FinCEN Files yang berisi sekumpulan dokumen penting nan rahasia di dunia perbankan dan keuangan, bocor ke publik.

Dokumen itu berisi 2.500 lembar halaman, sebagian besar adalah file yang dikirim bank-bank ke otoritas Amerika Serikat (AS) antara tahun 1995 sampai 2017.

"Di dalam file tersebut terdapat skandal penggelapan dana hingga pengemplangan pajak dari lembaga keuangan besar dunia. Terdapat penjelasan soal bagaimana beberapa bank terbesar di dunia mengizinkan kriminal mentransaksikan 'uang kotor' ke seluruh dunia dan nilainya mencapai sekitar USD 2 triliun," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (22/9/2020).

Selain itu, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada Senin bahwa ekonomi AS membaik tetapi memperingatkan bahwa ada jalan panjang yang harus ditempuh sebelum pemulihan penuh dari COVID-19.

"Investor juga menantikan komentar Powell ketika dia bersaksi di depan Sub-komite Pemilihan DPR tentang COVID-19 pada hari Rabu," ungkap Ibrahim.

Sementara dari sisi internal, rencana amandemen undang-undang Bank Indonesia (BI) masih menjadi headline diberbagai media baik nasional maupun internasional walaupun draft tersebut masih di godok di Banggar DPR.

Namun rencana amandemen tersebut menjadi sorotan bagi pelaku pasar baik domestik maupun asing karena mempertanyakan independensi bank sentral yang kemungkinan tidak lagi independen dalam memutuskan kebijakan baik suku bunga maupun stimulus, walaupun rencana amandemen ini hanya berlaku di masa covid-19 sampai 2023.

"Walaupun Pemerintah berkali-kali meyakinkan terhadap pasar bahwa apa yang dilakukan bertujuan untuk memperluas wewenang Bank Indonesia sebagai bank sentral dan ini dibentuk karena Indonesia dalam keadaan ekonomi yang tidak sehat akibat pandemi virus corona yang sampai saat ini masih terus meningkat secara masif dan Indonesia sudah pasti masuk dalam resesi sehingga perlu wadah baru berupa amandemen undang-undang Bank Indonesia untuk menanggulanginya," jelas dia.

Namun lagi-lagi, lanjut Ibrahim, dikalangan pelaku pasar terjadi pro dan kontra atas pernyataan Pemerintah tersebut , yang akhirnya pasar kembali kecewa dan berimbas terhadap aliran modal asing dilaporkan mulai keluar dari pasar valas, obligasi dan Surat Utang Negara( SUN), yang tentunya bisa memberikan efek negatif ke pasar keuangan.

"Apalagi secara bersamaan Permintaan valas korporasi meningkat jelang akhir Kuartal Ketiga tahun 2020, dimana perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa kembali untuk membayar hutang, deviden dan sebagainya. Jadi jangan heran kalau mata uang garuda di penutupan pasar sore ini mengalami penurunan," tutup Ibrahim.

Sementara untuk perdagangan besok, Rabu (22/9/2020), diprediksi rupiah akan kembali melemah antara 30-80 point di level 14.770-14.850 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.