Sukses

Sambut Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Menguat ke 14.735 per Dolar AS

Rupiah ditutup menguat 97 poin di level 14.735 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.832 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Sambut akhir pekan ini, rupiah ditutup menguat 97 poin di level 14.735 per dolar AS dari penutupan sebelumnya di level 14.832 per dolar AS.

Sedangkan dalam perdagangan minggu depan, tepatnya Senin (21/9/2020), mata uang garuda masih akan kembali menguat antara 10-50 point di level 14.700-14.780 per dolar AS.

Ada sejumlah sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah pada hari ini. Dari sisi eksternal, data ketenagakerjaan AS, yang dirilis pada hari Kamis, menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal turun lebih lambat dari yang diharapkan. Sebanyak 860 ribu klaim diajukan selama seminggu terakhir terhadap 850 ribu yang diperkirakan.

"Di saat yang sama, data dari pasar perumahan menunjukkan bahwa bagian dari ekonomi mendingin setelah tiga bulan mengalami kenaikan yang sangat kuat," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (18/9/2020).

"Jadi, sementara ekonomi AS pulih, rebound tampaknya melambat," lanjut dia.

Hal ini mendorong Federal Reserve berjanji untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol hingga setidaknya akhir 2023 sambil juga meningkatkan perkiraan PDB 2020.

"Tetapi bank sentral juga meminta lebih banyak bantuan fiskal dari Kongres, yang tampaknya masih tidak mungkin," ungkap Ibrahim.

Dari sisi internal, Menurut Ibrahim, saat ini kondisi ekonomi Indonesia masih kurang begitu baik terkena dampak pandemi virus corona yang terus mengalami peningkatan. Bahkan Presiden Jokowi menginstruksikan terhadap Menteri Luhut Panjaitan untuk mengatasi pandemi virus corona selama 2 minggu kedepan (pada masa PSBB) agar bisa dikendalikan karena akan berpengaruh terhadap pergerakan ekonomi saat ini yang sedang tumbuh, terutama konsumsi masyarakat.

"Walaupun Pemerintah sudah menggelontorkan dana sebesar Rp 100 triliun sampai akhir kuartal III," tegas dia.

Sebagai informasi, ekonomi Indonesia pada Kuartal II 2020 tercatat minus 5,32 persen dan masih ada ancaman kembali minus di Kuartal III yang kemungkinan di atas 2 persen.

"Oleh karena itu sudah pasti Indonesia akan memasuki fase resesi mengikuti jejak langkah negara-negara lainnya yang sudah terdampak resesi. Guna untuk mengatasi ini semua Pemerintah akan melakukan perubahan-perubahan selama masa pandemi untuk merangsang kembali ekonomi menjadi lebih baik dengan melakukan perubahan-perubahan wewenang baik di Bank Indonesia maupun wewenang di OJK," tutup dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Rupiah Menguat Didorong Data Pengangguran AS Masih Tinggi

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada akhir pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Jumat (18/9/2020), rupiah dibuka di angka 14.755 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di angka 14.832. Pada pukul 11.15 WIB, rupiah berada di 14.730 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.729 per dolar AS hingga 14.767 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,23 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.768 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 14.878 per dolar AS.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pagi ini terlihat dolar AS melemah terhadap mata uang regional karena pasar meragukan kelanjutan pemulihan ekonomi AS.

"Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS masih dirilis cukup besar di kisaran 860 ribu klaim, yang artinya pengangguran masih besar karena pandemi," ujar Ariston seperti dikutip dari Antara, Jumat (18/9/2020).

Menurut Ariston, mata rupiah berpotensi menguat hari ini karena sentimen dari Negeri Paman Sam tersebut.

"BI rate yang ditahan juga membantu penguatan rupiah karena perbedaan yield yang masih besar," katanya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.