Sukses

PDB Indonesia Diprediksi Bisa Tumbuh 6,2 Persen di 2021

PDB Indonesia diperkirakan akan menyusut sebesar 2,7 persen pada tahun 2020 sebelum nantinya akan tumbuh sebesar 6,2 persen pada tahun 2021.

Liputan6.com, Jakarta - Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) atau asosiasi profesi akuntan terkemuka di dunia yang berkantor pusat di London, melaporkan dalam forum Global Economic Outlook report dari Oxford Economics, PDB Indonesia diperkirakan akan menyusut sebesar 2,7 persen pada tahun 2020 sebelum nantinya akan tumbuh sebesar 6,2 persen pada tahun 2021.

Tertulis dalam keterangan ICAEW, Kamis (17/9/2020), di Indonesia sendiri, jumlah kasus Covid-19 terus meningkat sehingga laju pemulihan ekonomi diperkirakan akan melambat.

Namun, sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di kawasan ASEAN, proses pemulihan Indonesia akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi kawasan secara keseluruhan.

Untuk memastikan kebangkitan ekonomi di seluruh kawasan, sangat penting bagi negara-negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN, seperti Indonesia, Singapura, Filipina, dan Malaysia, untuk melakukan pemulihan yang stabil.

Selain Indonesia ada Filipina diperkirakan akan mencatat kontraksi terbesar, dengan PDB turun 8,2 persen pada 2020. Hal ini dikarenakan ketergantungan ekonominya pada pariwisata internasional dan keterlambatannya dalam menerapkan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial.

Sementara itu, pertumbuhan di Singapura diperkirakan akan menyusut sebesar 5,7 persen tahun ini dikarenakan penurunan tajam dalam perdagangan global. Akan tetapi, tanda-tanda pemulihan ekspor dan impor akan membuat angka pertumbuhan naik ke 6,1 persen pada tahun 2021.

Laporan tersebut juga memperkirakan bahwa Vietnam diharapkan menjadi satu-satunya ekonomi kawasan yang dapat mencatat pertumbuhan positif tahun ini dengan PDB naik sebesar 2,3 persen tahun ini, dan 8 persen pada tahun 2021.

Begitupun dengankonomi Malaysia diperkirakan akan menyusut sebesar 6 persen tahun ini, diikuti oleh pertumbuhan 6,6 persen pada tahun 2021.

“Jalan menuju pemulihan ekonomi di Asia Tenggara akan panjang, ditambah dengan ketegangan AS-Tiongkok saat ini, perlambatan jangka panjang dalam aktivitas perdagangan global, dan pandemi Covid-19 yang berkepanjangan turut membebani prospek pertumbuhan kawasan ini,” kata Direktur Regional ICAEW, Tiongkok Raya dan Asia Tenggara, Mark Billington.

Menurut Mark, meskipun ekonomi setiap negara menderita akibat krisis, struktur ekonomi kawasan ASEAN yang unik menunjukkan bahwa krisis telah memberikan dampak yang berbeda di setiap negara.

Pada akhirnya, negara-negara yang berhasil mengendalikan wabah dan kembali melanjutkan aktivitas ekonomi mereka akan dapat bangkit lebih cepat daripada negara lain di kawasan ini.   

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kadin Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Baru Pulih Pertengahan 2021

Kamar dagang Indonesia (Kadin) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan pulih pada pertengahan tahun 2021, lantaran Pemerintah Daerah DKI Jakarta kembali menerapkan PSBB pada berlangsung pada 14 September 2020 untuk menekan penyebaran covid-19 di DKI Jakarta.

"Prediksi (pertumbuhan ekonomi pulih) Kadin waktu PSBB pertama ada di bulan Desember, tapi yang Saya dengar sekarang sudah berubah prediksinya kemungkinan bisa sampai pertengahan tahun 2021,” kata Wakil Ketua KADIN Bidang Ekonomi Kreatif Erik Hidayat, dalam konferensi pers operasi Yustisi dorong pemulihan kesehatan dan percepatan kebangkitan ekonomi, Senin (14/9/2020).

Menurutnya selama vaksin itu belum ditemukan dan belum disebarkan secara masif kepada masyarakat tentunya semuanya masih khawatir, jika masyarakat masih khawatir tentunya berinteraksi satu sama lain juga masih berkurang.

“Tapi belum tentu juga apakah vaksin itu akan cocok atau tidak di semua orang jadi ini perlu diuji coba juga kita berharap ini tidak terlalu lama, insya Allah kalau misalnya vaksin ditemukan dan bisa disebarkan tidak hanya di perkotaan sampai ke desa juga semacam imunisasi tentunya ini membuat ekonomi insya Allah bisa bangkit lagi terutama dari ekonomi rakyat,” katanya.

Kata Erik, memang dunia usaha harus bisa memprediksi kedepannya harus bagaimana lantaran saat ini masih diselimuti oleh ketidakpastian, apalagi PSBB di DKI Jakarta belum pasti akan terus diperpanjang atau tidak.

“Hitungan (PSBB) kita 2 minggu, 4 minggu, sebulan, dua bulan  dan segala macam kalau ditarik ulur seperti ini mestinya ada statement dari pemerintah Apa yang harus dilakukan oleh pengusaha apakah bantuan, apakah relaksasi diperpanjang dan lain-lain,” ujarnya.

Pasalnya jika keadaan masih belum pasti, maka dunia usaha mau tidak mau harus mengurangi cost, dan dunia usaha harus beradaptasi dengan teknologi.

Demikian jika PSBB setelah 2 minggu dilonggarkan kembali, masih ada kemungkinan upaya tersebut tidak cukup untuk menekan angka penyebaran covid-19, dimana akan banyak masyarakat yang melakukan kegiatan.

“Kita berharap ada suatu kebijakan atau keputusan dari pemerintah dalam hal ini, agar kita mesti siap kondisi yang lain kita masyarakat harus dikasih stimulus atau bantuan-bantuan relaksasi,” pungkasnya.   2

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.