Sukses

PLTS Atap Gerus Pendapatan PLN?

PLN tidak perlu khawatir pasarnya akan tergerus oleh kehadiran PLTS atap.

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Harris mengatakan, penggunaan listrik dari tenaga surya atap tidak akan menggerus pasar PLN. Sebab kehadiran Pembangkit Listrik tenaga Surya (PLTS) Atap tidak akan mengganggu bisnis listrik PLN yang berasal dari fosil.

"Kekhawatiran PLTS atap ini menggerus pasar PLN itu tidak perlu," kata Harris dalam Virtual Press Conference GNSSA 2.0: Siap Beratap Panel Surya, Jakarta, Rabu (16/9/2020).

Terkait hal tersebut, pihaknya pernah melakukan simulasi perhitungan penggunaan PLTS atap. Menggunakan asumsi dengan penetrasi tertentu ternyata tidak akan memengaruhi bisnis listrik yang dikelola negara.

"Dulu kita pernah hitung-hitung dengan asumsi, dengan penetrasinya sekian akan pengaruhi revenue itu hanya 1 persen," kata Harris.

Dari implementasi yang ditargetkan 1 juta atap rumah, nyatanya baru ada 2.346 pelanggan. Dari jumlah tersebut pun kapasitas yang digunakan hanya 11,5 megawatt. Sehingga PLN tidak perlu khawatir pasarnya akan tergerus oleh kehadiran PLTS atap.

"Dan itu tidak perlu dikhawatirkan," kata Harris.

Sisi lain ini menjadi bahan evaluasi dan koreksi akan regulasi yang dimiliki saat ini. Termasuk aturan penyaluran listrik hasil PLTS atap sebanyak 65 persen.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Perbaiki Aturan

Kementerian ESDM akan memperbaiki aturan ini dan berharap bisa diubah dalam waktu yang tidak lama. Sehingga pelanggan PLN juga tertarik untuk memasng PLTS atap.

"Kita mau perbaiki regulasi. Mudah-mudahan tidak dalam waktu lama agar pelanggan PLN bisa juga memasang PLTS atap di rumahnya," kata Harris.

Disinggung soal insentif yang bakal diberikan pemerintah kepada pengguna PLTS atap, Harris mengaku belum saatnya dibicarakan. Sebab hal itu masih terlalu dini untuk dibahas.

"Kalau insentif itu belum lah, saya tidak menyebutkan insentif karena yang kita lakukan masih sangat jauh dari insentif," kata dia.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini