Sukses

Tekan Impor Gula Rafinasi, Kementan Dukung Revitalisasi Tebu di Jawa Timur

Kepala BBPPTP Surabaya menuturkan bahwa saat ini Balai Besar siap mendukung program tersebut tepatnya di Kabupaten Tuban berkapasitas 15.000 Polybag dan Kabupaten Malang (Polbangtan Malang) berkapasaitas 90.000 Polybag.

Liputan6.com, Jakarta Program Persiapan Swasembada Gula Konsumsi Nasional dengan revitalisasi gula nasional, menjadi cara Kementerian Pertanian untuk mencapai target swasembada gula pada 2024. Cara tersebut diharapkan dapat menekan volume impor gula rafinasi yang selama ini diperuntukkan untuk memenuhi kekurangan konsumsi gula nasional.

Demikian dikatakan Plt. Inspektur Jenderal Kementan Gatot Irianto dalam kunjungannya ke BBPPTP Surabaya. Gatot mengatakan bahwa revitalisasi pabrik gula sebenarnya tidaklah susah. Teknologi yang dibutuhkan pun tidak terlalu canggih.

"Namun revitalisasi pabrik gula akan percuma jika pasokan tebu sebagai bahan baku gula di bawah kapasitas pabrik. Investor pun akan ragu kalau produksi tebu tidak mencukupi kebutuhan pabrik, sejauh ini kestabilan produksi tebu para petani masih sulit dijaga," ujar Gatot. 

Dalam kunjungan singkat ke salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perkebunan yang berada di bawah lingkup Kementerian Pertanian RI, Gatot berharap agar gencar menyosialisasikan cara bertani tebu modern dan efisien, menggunakan bibit unggul yang nilai rendemannya tinggi.

Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas benih, diperlukan kerja sama antara Pemerintah dengan BUMN dan Swasta. Semakin banyak produksi benih yang dilakukan oleh Pemerintah, harusnya harga semakin murah karena tenaga kerja dibiayai oleh Pemerintah.

"Selain itu sebagai lembaga audit internal Kementan, Inspektorat Jenderal akan memonitoring kegiatan Balai Besar dari mulai benih hingga proses bongkar ratoon di lapangan dan bila berhasil diharapkan BBPPTP Surabaya siap menjadi salah satu instansi Badan Layanan Umum Kementan ke depannya," imbuh Gatot.

Senada dengan Gatot, Kresno Suharto selaku Kepala BBPPTP Surabaya menuturkan bahwa saat ini Balai Besar siap mendukung program tersebut karena telah memiliki Nurseri di Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Tuban berkapasitas 15.000 Polybag dan Kabupaten Malang (Polbangtan Malang) berkapasaitas 90.000 Polybag.

Hingga saat ini kerja sama dengan Puslit, Badan Litbang dan PTPN  terkait dilakukan untuk menghasilkan benih Tebu melalui Kultur Jaringan dengan cepat, harga produksi murah dibandingkan proses melalui stek (bagal) dan tingkat ketahanan terhadap penyakit juga lebih kuat.

"Pengembangan pembangunan nurseri yang dimulai dari Tuban dan diperkuat dengan pembangunan di Polbangtan Malang serta kerjasama dengan petani tebu rakyat di Kediri seluas 2 Hektar, Jombang 1 Hektar, dan Mojokerto 2 Hektar sebagai kebun perbanyakan adalah sebagai usaha untuk mendukung revitalisasi Gula di Jawa Timur," kata Kresno. 

Berdasarkan data yang dihimpun dari Outlook Tebu Kementerian Pertanian Tahun 2016, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu gudang gula nasional dengan kontribusi 45,06 %. Maka sebuah pilihan tepat menjadikan Jawa Timur sebagai penopang swasembada gula nasional 2020-2023.

Hal tersebut didukung dengan langkah BBPPTP Surabaya dengan program Nurseri Tuban dan Polbangtan Malang yang secara khusus memproduksi benih tebu asal kultur jaringan, serta melakukan kerja sama dengan petani tebu rakyat untuk penjenjangnya. Langkah tersebut sebagai rencana untuk memperlancar distribusi dan ketersediaan benih tebu di Jawa Timur.

Perjalanan jawa timur sebagai gudang gula nasional cukup panjang. Dimulai dari 1887 dengan berdirinya organisasi professional yang menangani masalah tebu pada masa Hindia Belanda yaitu Proefstation Oost Java. Kemudian dinasionalisasi pada 1945hingga sekarang berubah menjadi nama P3GI.

Keterkaitan berdirinya organisasi tersebut telah membentuk kultur agronomi masyarakat Jawa Timur sebagai petani tebu, maka sudah selayaknya mengembalikan kejayaan dan kesejahteraan petani gula dengan program revitalisasi industri gula nasional secara komprehensif yang dimulai dari hulu hingga hilir untuk menyelamatkan dari ketergantungan impor gula.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.