Sukses

75 Juta Pekerjaan akan Hilang di 2022, Apa Saja?

Era disrupsi membuat pekerjaan yang semula bertebaran di banyak perusahaan terancam hilang dalam beberapa tahun ke depan.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia dan seluruh negara di dunia tengah masuk ke era disrupsi. Masa inovasi banyak sekali bermunculan. Sebagian besar kegiatan dilakukan dalam dunia maya, apalagi pandemi Covid-19 mendorong masyarakat melakukan aktivitas secara digital.

Era disrupsi ini juga membuat pekerjaan yang semula bertebaran di banyak perusahaan terancam hilang dalam beberapa tahun ke depan. Deputi Bidang SDM, Teknologi dan Informasi Kementerian BUMN Alex Denni menyatakan, 75 juta pekerjaan akan hilang tahun 2022.

"Ada ancaman job-job yang akan hilang, 75 juta job yang sifatnya pekerjaan rutin, transaksional, administratif yang gampang sekali diganti teknologi akan hilang," ujarnya dalam tayangan virtual, Senin (14/9/2020).

Adapun, pekerjaan yang hilang itu antara lain data entry, akuntan, administrasi dan sekretaris, Customer Service (CS), pekerja pabrik dan perakitan, layanan bisnis dan manager administrasi, auditor, manager operasi, pengecek stok barang, hingga pegawai pos.

"Job yang akan hilang, kalau tahun lalu saya ada di Jasa Marga, itu misalnya kawan-kawan di gardu tol jadi CS, pengumpul tiket tol dan lain-lain, otomatis akan ada di titik yang mudah digantikan teknologi," ujarnya.

Kendati, dari jumlah yang hilang, akan ada 133 juta pekerjaan baru yang muncul di tahun yang sama. Oleh karenanya, perusahaan termasuk BUMN harus melakukan transformasi agar bisa berjalan beriringan dengan fenomena tersebut.

"Tapi ada juga job yang akan lahir, ini diperkirakan akan jauh lebih banyak dari (pekerjaan) yang hilang. Mudah-mudahan, kita bisa menciptakan pekerjaan baru untuk kawan-kawan ini bertransformasi," kata Alex.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jenis Pekerjaan Ini Terancam Hilang Meski Pandemi COVID-19 Berakhir

Dunia karier terkena dampak pandemi Virus Corona COVID-19. Pekerjaa ternyata bisa dilakukan dari jarak jauh menggunakan teknologi, dan hal itu menginspirasi perusahaan untuk mengurangi karyawannya. 

Dilaporkan ABC Australia, Rabu (19/8/2020), salah satu yang rentan adalah pekerjaan sebagai manajer, terutama manajer level menengah, karena banyak perusahaan yang melakukan perampingan sebelum pandemi terjadi sekarang mempercepat langkah tersebut. 

Seperti yang diceritakan manajer bidang pemasaran Wendy Robertson ketika dia dipanggil bosnya.

"Saya sudah menyadari bisnis di mana saya bekerja tidak akan bisa bertahan," katanya kepada ABC.

"Bagi bos saya keadaannya lebih susah, dia mungkin akan lebih menderita dibandingkan saya."

Posisi manajerial bagi Wendy tidak akan ada lagi, karenanya ia diberhentikan. Dia sekarang hanya bisa melakukan pekerjaan dengan sistem kontrak, yang ia tak pernah bayangkan sebelumnya.

"Saya tidak mau berhenti dari jabatan yang tadinya permanen kemudian menjadi pegawai kontrakan, karena itu adalah hal yang aneh, namun keadaan memaksa saya harus seperti itu," katanya lagi.

Menurut sebuah perusahaan konsultan Martin North, apa yang dialami Wendy banyak terjadi pada banyak manajer level menengah yang sudah kehilangan pekerjaan.

Martin North melakukan survei terhadap 1.000 orang dengan bertanya kekhawatiran apa yang mereka rasakan sekarang ini. Dalam survei tersebut, mereka mampu melacak pekerjaan di industri apa yang paling rentan sekarang ini.

"Sekarang ini kita melihat adanya pengangguran yang lebih terstruktur," katanya.

"Jadi saya melihat mereka yang bekerja di sektor jasa keuangan, sektor konsultan, pekerjaan administrasi di sektor swasta, semua khawatir dengan pekerjaan mereka." 

"Yang terutama rentan adalah posisi manajer level menengah. Tampaknya perampingan yang paling banyak terjadi di perusahaan besar adalah pada tingkat ini." 

3 dari 3 halaman

Tenaga Kontrak

Sebuah perusahaan pencari tenaga kerja di Australia, Drake International, mengatakan kepada ABC jika mereka diminta mencari 12 tenaga kontrak baru untuk posisi yang permanen sebelumnya.

Permintaan itu datang dari sebuah perusahaan telekomunikasi besar di Australia.

Direktur eksekutif Drake International, Christopher Ouizeman menggambarkannya sebagai "perubahan besar" di dunia kerja.

"Perusahaan sekarang ini bisa mempekerjakan seseorang yang punya kemampuan khusus, dengan sistem kontrak dan bayaran yang jauh lebih rendah dari mempekerjakan seseorang dengan posisi tetap," katanya.

Sekarang pola kerja dari rumah yang banyak dilakukan saat pandemi COVID-19, membuat perusahaan bisa mengurangi pengeluaran biaya, mengurangi karyawan, dan juga melakukan restrukturisasi yang sudah dimulai beberapa tahun sebelumnya.

"Jadi pemikiran perusahaan sekarang jika mereka harus melakukan perombakan, apakah mereka harus menggunakan cara-cara lama, dan banyak perusahaan berkesimpulan mereka tidak perlu lagi bertahan dengan model lama," katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.