Sukses

Dampak Perubahan Iklim, Kementan Minta Petani Kakao Waspadai Serangan OPT

Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim khususnya curah hujan dan kelembapan.

Liputan6.com, Jakarta Petani atau pekebun kakao diharapkan selalu waspada terhadap serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Hal itu dikarenakan, tanaman kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat rentan terhadap perubahan iklim khususnya curah hujan dan kelembapan. Pertumbuhan dan penyebaran jamur pada tanaman kakao akan semakin cepat apabila kondisi lingkungan kebun  curah hujan dan kelembapannya tinggi.

 Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Ambon, Azwin Amir mengatakan, pada kondisi lembab dan curah hujan tinggi,  tanaman kakao kerap diserang sejumlah OPT. Diantaranya, busuk buah dan kanker batang. Kedua penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora. Sedangkan VSD (Vascular Streak Dieback) disebabkan oleh jamur Ceratobasidium theobromae (Syn. Oncobasidium theobromae.), yang umumnya terjadi pada saat iklim basah dengan curah hujan yang merata di sepanjang tahun.

 “Kedua penyakit tersebut banyak dikeluhkan sejumlah petani kakao. Karena itu, petani harus melakukan antisipasi sejak dini supaya tanaman kakao mampu berproduksi dengan baik,” ujar Azwin, di Jakarta, Selasa (8/9).

 Azwin juga mengatakan, ketika memasuki musim kemarau petani kakao tetap harus menjaga kewaspadaanya. Pasalnya, ketika kemarau tiba, biasanya muncul hama penggerak buah/PBK (Conopomorpha cramerella) dan penghisap buah kakao (Helopeltis sp.). Hama tersebut, hingga saat ini masih menjadi momok petani kakao.

Menurut Azwin, BBPPTP Ambon telah membantu petani (pekebun) untuk mengantisipasi atau mencegah serangan OPT kakao yang meresahkan tersebut. Bahkan, BBPPTP Ambon telah membuat data serangan OPT  tanaman kakao dari tahun 2015 -2019 (kurun waktu 5 tahun) pdi 10 provinsi wilayah kerja BBPPTP Ambon. Data pemetaan ini nantinya akan dimanfaatkan untuk melakukan antisipasi terhadap serangan OPT kakao tersebut.

“Data ini juga kami gunakan untuk  menentukan daerah endemis. Suatu daerah dinyatakan endemis, apabila keberadaan suatu hama dan penyakit terus-menerus terjadi di suatu tempat.Sedangkan,  sporadis adalah kejadian serangan hama dan penyakit yang relatif berlangsung singkat, tetapi menyebar dengan cepat dan meluas,” papar Azwin.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Daerah dengan Serangan Endemis OPT

Azwin mengatakan, data tertinggi maksimal dibagi menjadi tiga kelas serangan, yaitu 0 = Aman, 1 = Potensial, 2 = Sporadis, dan 3 = Endemis.

“Sejauh ini sudah ada tiga data sebaran serangan OPT kakao yang sudah dibuat yakni serangan Penghisap Buah Kakao (Helopeltis sp.), VSD (Ceratobasidium theobromae) dan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella),” jelasnya.

Seperti diketahui, Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat merupakan sentra komoditi kakao. Namun, di tiga provinsi ini juga menjadi tiga daerah dengan serangan endemis OPT utama kakao terbanyak sepanjang tahun 2019.  

Menurut data iklim yang disajikan oleh BMKG, ketiga provinsi daerah endemis tersebut memiliki angka rata-rata suhu, kelembapan, penyinaran matahari dan curah hujan yang hampir sama. Karena itu, patut diduga bahwa iklim menjadi salah satu faktor peningkatan intensitas serangan OPT di wilayah tersebut. Disamping itu, penyebaran juga dipengaruhi oleh faktor yang lain seperti populasi inang dan distribusi/ migrasi vektor atau agens pembawa.

Dalam berbagai kesempatan, Menteri Pertanian Syahrul  Yasin Limpo mengatakan, agar jajarannya selalu sigap melakukan antisipasi perlindungan tanaman pada sektor pertanian maupun perkebunan. Hal itu dikarenakan, perlindungan terhadap tanaman yang baik akan mendorong peningkatan produktivitas, serta pengembangan komoditasnya maupun usaha pertanian.

“Tak dapat dipungkiri banyak tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan produksi, salah satunya disebabkan oleh serangan OPT,” ujarnya.

Mentan juga mengimbau kepada petani atau pekebun selalu waspada terhadap serangan OPT. Pada saat musim hujan sering terjadi peningkatan serangan penyakit tanaman hingga banjir yang dapat merusak areal perkebunan. Bahkan, serangan OPT masih menjadi salah satu momok pekebun kakao di Provinsi Sulut, Sultra, Sulsel, Sulteng, Sulbar, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini