Sukses

Tak Cuma Pertamina, Deretan Perusahaan Migas Dunia yang Pendapatannya Minus

Total penurunan net income dari seluruh perusahaan migas kelas dunia mencapai minus USD 90 miliar.

Liputan6.com, Jakarta - Pergerakan harga minyak maupun penurunan permintaan minyak akibat pandemi Covid-19, memberikan tekanan sangat signifikan terhadap keuangan dan operasional perusahaan minyak dan gas (migas) nasional dan juga internasional.

Mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia Widhyawan Prawiraatmadja mengatakan, pendapatan sejumlah perusahaan migas sampai dengan kuartal 2 2020 negatif. Antara lain, Shell minus USD18,1 miliar dibandingkan dengan 9 miliar USD di periode yang sama di tahun 2019, BP minus USD 21,9 miliar dari pendapatan periode yang sama tahun Lalu USD 4,9 miliar.

Total minus USD 8,4 miliar USD dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD 5,9 miliar, Chevron minus USD 4,6 miliar dibandingkan USD 6,9 miliar periode yang sama pada tahun lalu dan ENI minus USD 8,2 miliar dibandingkan periods yang sama pada tahun lalu USD 1,7 miliar.

"Total penurunan net income dari seluruh perusahaan tersebut mencapai minus USD 90 miliar," kata Widhyawan, di Jakarta, Rabu (2/9/2020).

Menurut Widhyawan, hal yang sama dirasakan oleh perusahaan energi di Indonesia, salah satunya Pertamina, yang ikut terguncang oleh triple shock yang terjadi pada semester I 2020.

Pukulan pertama, terjadi pada penurunan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) karena pandemi Covid-19. Kedua, terjadi akibat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat yang menyebabkan kerugian selisih kurs sebesar USD 211 juta pada semester I 2020.

ketiga berupa penurunan harga minyak dunia karena kondisi pasar yang kelebihan pasokan karena konsumsinya menurun akibat pandemi Covid-19. “Cukup masuk akal jika melihat kondisi keuangan perusahaan migas nasional tersebut negatif pada semester 1,” tutur Widhyawan.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tantangan Tersendiri

Namun, Widhyawan optimis melihat angin segar yang dapat dilihat dalam Laporan Keuangan Pertamina dimana laba operasi bulan Juni 2020 sebesar USD 443 juta dan EBITDA sebesar USD 2,61 miliar, serta aktivitas ekonomi yang mulai berjalan juga mendorong peningkatan konsumsi BBM dalam negeri, sehingga jika sebelumnya diprediksikan penurunan konsumsi BBM mencapai 20 persen, kini penurunannya menjadi hanya sekitar 12 persen.

"Pertamina perlu menjaga kondisi keuangan agar tetap dapat bertahan menyediakan energi secara berkelanjutan untuk menopang pemulihan ekonomi Indonesia yang terdampak Covid-19," ujarnya.

The triple shock akibat krisis Covid-19, tambahnya, merupakan tantangan tersendiri bagi Pertamina yang mengemban tugas menyalurkan subsidi untuk menjamin ketersediaan BBM di sektor hilir.

Widhyawan pun mengapresiasi upaya pemerintah, untuk terus memberikan stimulus pemulihan ekonomi secara langsung dan menekan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia akan menjadi kunci dalam pemulihan tingkat konsumsi nasional.

"Pulihnya kembali aktifitas ekonomi nasional ini akan menjadi aspek menentukan terhadap keberhasilan upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan energi untuk memperbaiki kembali kinerja operasional & finansial," pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.