Sukses

Sri Mulyani Sebut Ekonomi Belum Pulih Sepenuhnya hingga Semester I-2021

Pemulihan ekonomi sangat bergantung pada penemuan vaksin, yang diperkirakan baru bisa digunakan pada semester II-2020.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan jika ekonomi nasional kemungkinan belum bisa pulih secara penuh di semester I tahun depan atau 2021.

Sebab, pemulihan ekonomi sangat bergantung pada penemuan vaksin, yang diperkirakan baru bisa digunakan pada semester II-2020.

"Semua prediksi mengenai vaksin baru akan bisa dilakukan secara meluas ditemukan dan dilakukan, pada semester 2. Sehingga semester 1 tahun depan tidak bisa asumsi pemulihan fully power karena covid," kata dia saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Rabu (2/9/2020).

Sebagai catata, dalam asumsi makro ekonomi RAPBN 2021, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi berada di kisaran 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen.

Bendahara Negara ini menambahkan, pemulihan ekonomi di tahun depan sebetulnya sangat bergantung pada pemulihan di semester II di tahun ini. Bahkan tanda-tanda perbaikan ekonomi sudah mulai terjadi pada kuartal III-2020.

"Mobilitas sudah tunjukkan aktivitas masyarakat meningkat dibandingkan Maret April Mei lalu. Dan ini yang diharapkan aktivtias lebih tinggi, terjemahannya konsumsi dan aktivitas ekonomi mulai pulih bertahap," jelas dia.

Sri Mulyani berharap rebound baru muncul di semester II tahun depan. Faktor pendorong pemulihan ekonomi pada semester II tahun 2021 mendatang terjadi karena penemuan dan distribusi vaksin, serta kembalinya kepercayaan masyarakat untuk beraktivitas secara normal.

"Tahun depan tidak bisa mengasumsikan pemulihan full power karena pasti Covid-19 masih menjadi salah satu yang menahan pemulihan konsumsi, investasi, dan perekonomian global. Sehingga sangat bergantung pemulihan di semester II dan memberi pengaruh terhadap seberapa tinggi pemulihan di 2021," jelas dia.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan video di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2021 Bisa Sentuh 5,8 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo menyebut target pertumbuhan ekonomi disusun pemerintah dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2021 sebesar 4,5 persen sampai dengan 5,5 persen sangat realistis. Bahkan, perkiraan BI, pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4,8 hingga 5,8 persen.

"Yang disampaikan oleh Bu Menteri Keuangan (Sri Mulyani) cukup realistis dan juga sejalan dengan perkiraan kami di Bank ndonesia untuk tahun 2021 pergerakan kisarannya adalah 4,8 persen sampai dengan 5,8 persen," kata dia dalam rapat kerja bersama dengan Komisi XI DPR RI, di Jakarta, Rabu (2/9/2020).

Perry meyakini, di 2021 ekonomi Indonesia akan semakin membaik didukung oleh beberapa indikator. Misalnya saja perbaikan ekonomi global, stimulus fiskal yang diberikan oleh pemerintah, serta kebijakan Bank Indonesia yang masih akan terus diarahkan secara akomodatif.

"Dan juga sejumlah pemulihan produksi dan investasi antara lain juga berkaitan dengan implementasi dari undang-undang Cipta Kerja sehingga secara keseluruhan untuk tahun 2021 kami berpandangan secara asumsi pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi dalam penyusunan penyusunan RAPBN tahun 2021 sangat realistis," jelas dia.

Di samping itu, BI juga memproyeksikan nilai tukar Rupiah keseluruhan pada 2021 bakal berada di rentang kisaran sebesar 13.900 per dolar AS sampai dengan 14.700 per dolara AS. Angka ini pun masih sejalan dengan proyeksi disampaikan pemerintah dalam RAPBN 2021 sebesar 14.600 per dolar AS.

"Oleh karena itu untuk tahun 2021 secara keseluruhan kami berpandangan bahwa asumsi pemerintah terkait dengan rata-rata nilai tukar Rupiah dalam rangka penyusunan APBN tahun 2021 yang tadi disampaikan oleh Bu Menteri Keuangan sekitar 14.600 per dolar AS itu juga masih sejalan dengan Prakiraan BI," jelas dia.

Dia mengatakan, Rupiah ke depan masih berpotensi akan menguat seiring levelnya yang saat ini secara fundamental masih undervalue. Kemudian juga didukung inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan rendah, serta daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi maupun juga premi risiko Indonesia yang akan menurun.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.