Sukses

BERANI BERUBAH: Angkringan ala Fotografer, Bertahan Hidup di Tengah Pandemi

Pandemi Covid-19 membuat Dwi harus rela tak bisa bekerja. Sebagai fotografer, aturan jarak aman adalah malapetaka.

Liputan6.com, Jakarta- Terdiam di rumah, kamera berdebu di rak. Di tengah pandemi ini, Dwi Apriyanto harus rela tak bisa bekerja akibat aturan jarak aman. Sebagai fotografer, situasi ini adalah malapetaka. Tak ada acara, maka tak ada pemasukan.

Tahun dengan angka cantik ternyata malah tak bisa diisi dengan banyak pesta pernikahan. Padahal, cicilan terus berjalan. Istri dan dua anak balitanya tetap harus makan.

Tak tahu lagi harus berbuat apa, dia beralih kepada sang ayah. Dwi tak ingin sampai harus menjual kamera kesayangannya. Apalagi menggadaikan mobil atau rumah, seperti banyak yang kawan senasibnya terpaksa lakukan.

Dia tahu dirinya harus Berani Berubah. Beralih karier adalah satu-satunya pilihan agar tetap bisa bertahan hidup di daerah perkotaan seperti Bekasi.

“Saya dikasih ide sama ayah saya, sudah buka angkringan aja, daripada di rumah nggak ngapa-ngapain, nggak ada pemasukan,” ungkap Dwi kepada Tim Berani Berubah.

“Soalnya tawaran pekerjaan sejak pertengahan Maret itu sudah tidak ada, karena memang dari pemerintah sendiri sudah tidak mengizinkan perkumpulan bebas,” lanjut dia.

 
 
 
View this post on Instagram

A post shared by Angkringan N'delek Mas Pogol (@hik_maspogol) on

Dwi sendiri tak bisa memasak, tapi kata menyerah tak ada di dalam kamusnya. Bermodalkan kuota internet dan ketangkasan sang istri di dapur, Dwi akhirnya mampu membuat bermacam jenis masakan. Andalan dia adalah nasi bakar.

Saatnya membuka angkringan pun tiba. Beroperasi sejak jam 4 sore hingga 12 malam, pelanggan setia Dwi adalah para warga yang juga ikut terdampak pandemi. Meski mengambil untung hanya sedikit, itu sudah cukup baginya.

Sebab, Dwi menganggap usaha ini juga membantu para tetangga agar tak perlu membayar mahal demi bisa kenyang.

“Intinya saya mau bantu tetangga-tetangga juga. Saya juga untung sedikit yang penting jalan, karena di sini saya bertahan aja sudah Alhamdullilah di saat seperti ini. Saya menjual dengan harga yang sangat murah, bahkan nasi kucing aja saya jual Rp2.000, nasi goreng saya jual juga Rp2.000,” tuturnya.

“Nasi bakar di luar mungkin bisa lebih dari Rp7.000 sampai Rp8.000. Saya di sini hanya jual Rp5.000,” sambung Dwi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hikmah untuk Pantang Menyerah

Kini PSBB sudah perlahan diangkat, dan Dwi mulai bisa kembali bernafas lega. Tawaran pekerjaan pun mulai sedikit demi sedikit berdatangan, meski tidak sepadat dulu. Namun, kejadian ini membuat dia sadar bahwa dirinya harus siap berubah menghadapi situasi apapun.

Dia harus berani keluar dari zona nyaman, membuang keraguan jauh-jauh, dan tetap bergerak. Dwi bersyukur masih memiliki semangat untuk tetap bisa bekerja, apapun itu. Keluarganya juga terbuka untuk membantu, baik itu saudara ipar maupun paman dan bibinya.

“Hikmah yang saya dapat untuk pandemi ini saya meyakinkan diri saya sendiri bahwa bisa berjualan di saat seperti ini tuh sudah sangat istimewa,” ucap Dwi sembari tersenyum.

“Jangan diam membisu, harus semangat, harus cari pekerjaan yang baru. Jangan terpaku dengan satu pekerjaan yang sekiranya belum ada kepastian,” dia mengakhiri.

Tentu cerita Dwi menjadi kisah inspiratif tentang kegigihan untuk pantang menyerah di saat kondisi terpuruk. 

Yuk, ikuti kisah seperti Dwi maupun kisah lainnya dalam Program Berani Berubah, hasil kolaborasi antara SCTV, Indosiar bersama media digital Liputan6.com dan Merdeka.com.

Program ini tayang di Stasiun Televisi SCTV setiap Senin di Program Liputan6 Pagi pukul 05.30 WIB, dan akan tayang di Liputan6.com serta Merdeka.com pada pukul 06.00 WIB di hari yang sama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.