Sukses

Ketika Kilau Emas Hijau bersanding Emas Merah

Menariknya diketahui bahwa sudah tiga tahun terakhir Komunitas Petani Vanili (Kompeni) Sucen menjadi langganan eksportir Jepang.

Liputan6.com, Jakarta Tantangan bagi para petani vanili adalah agar emas hijau ini dapat terus bersaing di pasar internasional. Oleh karena itu, sejumlah petani di beberapa daerah pun giat dan tidak menyerah dalam pembudidayaan vanili, menjadi tantangan bagi para petani vanili agar emas hijau ini dapat terus bersaing di pasar internasional.

Pengembangan budi daya tanaman vanili menyusul permintaan pasar cenderung meningkat dan memiliki prospek yang cukup baik untuk mendorong pendapatan ekonomi. Ya, vanili termasuk ke dalam tujuh komoditas perkebunan yang saat ini memiliki potensi untuk peningkatan ekspor.

Peningkatan itu dilihat dari  produktivitas dan volume ekspor pada komoditas tersebut dilakukan melalui program Kementerian Pertanian, khususnya Program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah, dan Daya Saing (Grasida). Oleh karena itu Kementan mendorong petani agar dapat mengembangkan atau menggenjot produksi komoditas perkebunan termasuk vanili.

Guna mendukung ketersediaan vanili, sesuai arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya sebagai instansi pemerintah, yang merupakan UPT Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki tugas dan fungsi yang salah satunya untuk memberikan informasi dan pengawasan serta pengembangan komoditas perkebunan agar diperoleh kualitas yang bermutu atau produktivitas yang tinggi.

Pada awal Juli 2020, BBPPTP Surabaya melakukan peninjauan ke lokasi yang bernama Sucen, sebuah desa yang terletak di lereng gunung Sindoro-Sumbing dengan ketinggian 600-700 mdpl, Kebun itu melewati trek hamparan kebun kopi yang cukup menantang untuk sampai pada sebuah tempat yang disebut sebagai salah satu penghasil Emas Hijau tujuan ekspor Jepang seperti dikatakan oleh C Masrik Amin Zuhdi, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Temanggung.

Salah satu perwakilan kelompok tani, Sudin mengungkapkan bahwa sudah tiga tahun terakhir Komunitas Petani Vanili (Kompeni) Sucen menjadi langganan eksportir Jepang. Hal ini menjadi nilai tambah ekonomi bagi petani, akan tetapi keberhasilan tersebut tak lepas dari pencurian terhadap tanaman yang mempunyai taksiran Rp300 ribu per kg bobot basah menjadi ancaman.

Berawal dari hal tersebut membuat Kompeni tidak hanya mengandalkan keuntungan dari panen saja, akan tetapi harus ada nilai tambah lain. Sudin juga menuturkan bahwa saat ini Kompeni sudah dapat melayani pemesanan bibit. 

"Akan tetapi hanya dapat melayani permintaan lokal karena terkendala aspek legalitas. Besar harapan dari kegiatan identifikasi yang berlangsung dapat menghasilkan legalitas terkait peredaran vanili milik petani desa Sucen,” ujarnya (09/07).

Kegiatan identifikasi pun berlanjut dengan pengamatan langsung pada vanili yang ditanam di kebun milik beberapa anggota Kompeni. Cukup menarik ketika kegiatan identifikasi berlangsung karena vanili yang ditanam dikebun memiliki pola beraneka ragam. Mulai dari tumpangsari vanili di greenhouse tanaman hortikultura hingga tumpangsari pada pohon penaung kopi yang dirambatkan pada bariernya.

Sudin, yang juga merupakan pemilik kebun kopi yang ditanami vanili tersebut, mengatakan bahwa pola ini sebagai salah satu cara untuk mengelabui terhadap pencurian vanili disamping menambah nilai ekonomis dari hasil panen emas merah (kopi) tersebut.

Alasan lainnya, Lanjut Sudin, selain memudahkan pengawasan ketika perawatan kebun emas merah, lokasi yang cukup dekat dari rumah pemilik kebun menjadi salah satu faktor pertimbangan. Berdasarkan dari peninjauan tim identifikasi tersebut, Endang menuturkan bahwa hasil yang diperoleh tim dari awal hingga akhir Kabupaten Temanggung diperoleh kesimpulan bahwa kecenderungan vanili yang ditanam oleh petani adalah varietas Vania 1 dan Vania 2

Walaupun ada beberapa tanaman mengalami perbedaan pertumbuhan namun tumbuh dan cenderung kembali ke ciri salah satu dari dua varietas yang telah menjadi binaan Kementerian Pertanian. Menurut tim identifikasi, syarat untuk dikatakan sebagai klon unggul harapan baru masih perlu dipenuhi karena salah satu perubahan unsur genetiknya tidak bersifat stagnan.

Demikian pula yang disampaikan oleh Munir, selaku PBT BBPPTP Surabaya yang menjadi anggota tim identifikasi, bahwa setelah teridentifikasi jelas, maka langkah selanjutnya adalah terkait aspek legalitas. "Diperlukan kerja bersama agar peredaran benih vanili di Temanggung terjamin legalitasnya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan salah satunya dengan pemanfaatan kebun vanili yang sudah ada dan dengan memperhatikan kesamaan lokasi geografis, maka persyaratan luas dapat dipenuhi dengan catatan mengikuti kaidah kebun sumber benih," katanya.

Temanggung adalah sebuah daerah yang pada zaman Hindia-Belanda terkenal dengan Kopi, Tembakau, dan Vanili sebagaimana tergambar pada lambang Kabupaten tersebut. Pasang-surut petani menikmati hasil bumi tersebut. Perlahan ketiga komoditi yang memiliki nilai ekonomi tinggi tersebut mulai kembali menampakkan pesona keunggulan atau potensinya, dan inilah mengapa dikenal sebagai The Hidden Taste of Middle Java.

 

(*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini