Sukses

Kepala SKK Migas Buka-bukaan soal Penyebab Molornya Proyek Blok Masela

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto buka suara penyebab molornya pengembangan proyek Abadi Blok Masela yang ditargetkan rampung pada 2027 mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto buka suara penyebab molornya pengembangan proyek Abadi Blok Masela yang ditargetkan rampung pada 2027 mendatang. Menurutnya ada tiga permasalahan besar yang menghambat kelangsungan salah satu proyek strategis nasional (PSN) sektor migas tersebut.

Pertama, Health Safety and Environment (HSE) yang terganggu ditengah pandemi Corona akibatnya Inpex Corporation selaku operator terpaksa melakukan penundaan atas beberapa kegiatan oleh Corona. Diantaranya kegiatan survei AMDAL di musim hujan serta terhambatnya mobilisasi personil dan peralatan untuk survei geofisika dan geoteknikal darat dan lepas pantai (Survei G&C)

"Sehubungan protokol kesehatan bahwa adanya aturan terkait pembatasan kerja juga WNA ataupun orang dari kota lain harus di karantina selama 14 hari. Sehingga proses pengerjaan AMDAL menjadi terhambat," ujar dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI di Komplek Parlemen, Senin (24/7)

Kedua, Isu Keuangan dan Perekonomian Global. Dimana saat ini tren penurunan permintaan gas secara global terus berlanjut. Kemudian diperparah dengan terpangkasnya harga berbagai gas.

"Sementara asumsi ekonomi yang digunakan dalam revisi PoD-1 adalah minyak USD 65/bbl, LNG USD 7,47/mmbtu, dan Gas Pipa USD 6/mmbtu," terangnya.

Ketiga, Isu Kemitraan yakni Shell berencana melakukan divestasi kepemilikan PI di WK Abadi Masela. Lalu, Shell telah mengajukan izin pembukaan data yang disetujui Ditjen Migas. Namun, masih menunggu persetujuan BKPM.

Adapun solusi yang diusulkan SKK Migas dan Inpex Corporation terkait persoalan HSE akibat Corona ialah dengan mempercepat proses penyusunan AMDAL melalui pengolahan data non seasonal.

"Kami akan mengusulkan kepada KLHK, agar proses dilakukan secara remote (melalui video call). Sedangkan terkait pengolahan data seasonal, diusulkan menggunakan data sekunder paparnya," jelas dia.

Sementara untuk menjawab isu keuangan dan perekonomian global, Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) sedang melakukan evaluasi ulang untuk disampaikan ke SKK Migas.

Untuk mengatasi isu kemitraan, Shell akan menyelesaikan prises divestasi dengan target 18 bulan. Pun, Inpex selaku operator tetap berkomitmen dalam pengembangan lapangan abadi Masela.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

SKK Migas Dukung Penyerapan Ribuan Tenaga Kerja Lokal di Proyek Blok Masela

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mendorong keterlibatan Sumber Daya Manusia (SDM) lokal, baik saat fase pembangunan maupun saat proyek operasional pada proyek Abadi Masela.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, SKK Migas dan INPEX siap mendukung dan memfasilitasi keterlibatan SDM lokal di proyek Abadi Masela, agar masyarakat Maluku merasakan dampak positif keberadaan proyek tersebut.

Hal ini diimplementasikan dengan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang usaha dan jasa antara Pemerintah Provinsi Maluku dan Petrotekno.

“SKK Migas mendukung implementasi kerjasama antara Pemerintah Provinsi Maluku dengan Petrotekno yang hari ini ditandatanganai," kata Dwi, di Jakarta, Rabu (5/8/2020).

Menurut Dwi, Proyek Abadi Masela merupakan kesempatan emas bagi masyarakat Maluku untuk terlibat didalamnya, baik sebagai tenaga kerja maupun pengusaha lokal yang menjadi mitra INPEX.

Untuk itu penyiapan SDM Maluku yang memiliki kompetensi sesuai standar hulu migas harus menjadi perhatian Pemerintah Daerah, agar manfaat langsung keberadaan proyek Abadi Masela dirasakan masyarakat Maluku.

Proyek Abadi Masela dengan nilai investasi yang mencapai USD 19,8 miliar memiliki tingkat kandungan lokal (TKDN) barang dan jasa sebesar 26 persen, atau USD 5,15 miliar yang setara dengan sekitaRp 75 triliun.

Sebuah angka yang luar biasa dan dapat mendukung peningkatan kapasitas industri nasional, dan secara khusus mendorong dan meningkatkan kapasitas industri daerah, termasuk UMKM di Maluku. Pada masa konstruksi akan menyerap sekitar 30 ribu tenaga kerja dan saat operasional akan menyerap sekitar 4 ribu tenaga kerja.

"Ini merupakan langkah maju dan implementasi dari upaya peningkatan kompetensi masyarakat Maluku agar siap untuk berkontribusi dan mendapatkan manfaat dari proyek Abadi Masela,” tutur Dwi. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.