Sukses

Indonesia-UEA Bakal Ciptakan Alat Pendeteksi Covid-19 dengan Kecerdasan Buatan

Indonesia dan Uni Emirat Arab menyepakati proyek alat pendeteksi virus corona dengan teknologi kecerdasan buatan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri, Retno Edi Marsudi dan baru saja bertemu dengan sejumlah pejabat di Uni Emirat Arab (UEA). Hasil pertemuan tersebut menyepakati proyek alat pendeteksi virus corona dengan teknologi kecerdasan buatan.

"Saat ini kita tengah fokus menyediakan pada vaksin dan alat deteksi atau screening Covid-19 dengan menggunakan teknologi laser atau artificial inteligent," kata Retno dalam keterangan pers secara virtual, Jakarta, Sabtu (22/8).

Sebelumnya, Retno menyebutkan Pemerintah UEA telah mengirimkan 20 ton peralatan kesehatan. Antara lain, sarung tangan, sepatu pelindung, hand sanitizer dan lain-lainnya.

Untuk membantu UMKM yang terdampak Covid-19, Pemerintah UEA membeli produk makanan dari Indonesia hingga 20 ton. Hal ini kata Retno sebagai bentuk aksi solidaritas UEA kepada Indonesia.

"Pada saat yang bersamaan, guna membantu UMKM, UEA melakukan pembelian atau impor hampir 30 ton produk UMKM berupa buah-buahan, makanan kering dari Indonesia," kata Retno.

Selain itu, Retno juga menyampaikan kepada Menteri Luar Negeri UEA, Indonesia melakukan penjajakan kerja sama distribusi produk farmasi ke Timur Tengah dan Afrika. Dia ingin, kerja sama tersebut nantinya akan dilakukan dalam jangka waktu panjang dan bersifat strategis.

"Saya sampaikan kepada Menteri UEA tersebut bahwa kerja sama ini hendaknya diarahkan untuk kerja sama panjang dan strategis, misalnya, co-production dan co-development," kata dia mengakhiri.

 

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tangani Covid-19, Indonesia Bakal Terima 10 Juta Dosis Vaksin dari UEA

Dalam rangka pengembangan vaksin covid-19, Indonesia akan menerima 10 juta dosis vaksin dari Uni Emirates Arab (UEA). Hal ini sebagai bentuk kerjasama Indonesia melalui Kimia Farma dan Indofarma dengan UEA melalui G42 Healthcare.

“Saat ini G42 telah menjalin kerjasama dengan Kimia Farma untuk vaksin dan juga dengan Indofarma terkait test kit menggunakan teknologi laser dan artificial intelligence untuk mendeteksi virus covid-19," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam video konferensi, Sabtu (22/8/2020).

"Teknologi ini kita nilai akan dapat membantu tracing secara lebih cepat dan tentunya akan membantu mendukung kegiatan ekonomi yang aman,” lanjut dia.

Tak hanya itu, Retno juga menyebutkan adanya kerjasama jangka panjang dengan UEA.

“Misalnya penelitian bersama dengan menggunakan artificial intelligence. Tidak hanya untuk mendeteksi covid-19 namun juga penyakit lainnya. Kemudian kerjasama untuk distribusi produk farmasi indonesia di pasar-pasar Timur Tengah, Afrika dan wilayah lainnya. Dan pihak G42 menanggapi secara positif usulan-usulan tersebut dan akan melanjutkan komunikasi dan bahkan akan berkunjung ke Indonesia sesegera mungkin,” beber dia.

3 dari 3 halaman

Sabar, Vaksin Covid-19 dari Sinovac Masih Perlu Diolah Sebelum Diedarkan

Kementerian BUMN menegaskan vaksin yang diterima dari Sinovac masih berupa bahan baku konsentrat, dan bukan produk jadi. Dalam hal ini, Bio Farma kemudian bertindak sebagai pengolah hingga vaksin siap edar.

“Jadi bio farma itu mendapatkan bahan baku dari Sinovac, bahan baku ini akan diformulasikan di Bio Farma kemudian di-filling di Bio Farma dan packaging di Bio Farma,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Sabtu (22/8/2020).

Arya pun mengibaratkan proses formulasi vaksin Covid-19 ini seperti membuat rendang. Meski bahan bakunya berasal dari Sinovac, namun yang meracik vaksin tersebut tetap produsen farmasi dalam negeri yaitu Bio Farma.

"Nah, formulasi itu seperti ini loh, seperti orang kalau bikin rendang padang. Kalau rendang padang itu kan bahan bakunya daging nih. Nah di situ dipotong pooting kecil, kemudian dikasih bumbu, dikasih santan, dikasih kelapa, dikasih kunyit, dikasih cabe, dikasih garam, baru tuh dimsuk kuali, dipanasin sampai kering, jadilah rendang. Jadi bahan bakunya doang yang dari Sinovac. Untuk membuat rendangnya itu ya Bio Farma," jelas dia.

"Kemudian di-filling ini bentuknya seperti vaksin dalam ampule, udah masuk dalam ini ya. Kayak rendang dimasukin dalam piring kecil apa semua. Kemudian packaging, nah di-packaging baru diedarkan," lanjut dia.

Dengan demikian, Arya kembali menegaskan bahwa tahapan-tahapan tersebut harus terlebih dahulu dilakukan oleh Bio Farma sebelum diedarkan di masyarakat.

“Formulasinya itu Bio Farma dapat dalam bentuk bulk, bahan bakunya bentuknya bulk, kemudian diformulasikan,” tegas dia.

Sebelumnya, PT Bio Farma dan perusahaan farmasi Cina, Sinovac menandatangani perjanjian Preliminary Agreement of Purchase dan Supply of Bulk Product of Covid 19 Vaccine tentang komitmen ketersediaan suplai bulk vaksin hingga 40 juta dosis vaksin mulai November 2020 hingga Maret 2021.

Penandatanganan itu disaksikan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno L Marsudi dan Menteri BUMN sekaligus Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir di Sanya, China, 20 Agustus 2020. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.