Sukses

Impor Barang Modal Naik, BPS Harap Jadi Pendorong Investasi

Barang-barang konsumsi mengalami penurunan impor yang dalam, beberapa diantaranya adalah bawang putih dan pir.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia Juli 2020 mencapai USD 10,47 miliar atau turun 2,73 persen dibandingkan Juni 2020. Berdasarkan komposisinya, barang konsumsi tercatat mengalami penurunan yang dalam. Baik month to month (MtM), maupun Year on Year (YoY), yakni masing-masing -21,01 persen, dan -24,11 persen, senilai dengan USD 1,11 miliar.

“Barang-barang konsumsi yang mengalami penurunan impor yang dalam, pertama adalah garlic atau bawang putih. Karena impor bawang putih bulan lalu sudah cukup tinggi dan sudah direncanakan. Sehingga Juli 2020 ini impor garlic atau bawang putih dari Tiongkok mengalami penurunan cukup tajam,’ ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam video konferensi, Selasa (18/8/2020).

Kemudian barang konsumsi lainnya mengalami penurunan tajam adalah obat-obatan yang diimpor terutama dari Inggris. Disusul penurunan yang dalam untuk impor buah pir dari Tiongkok dan satu lagi adalah buah apel dari Amerika Serikat. “Itu yang menyebabkan impor barang konsumsi pada bulan Juli 2020 ini turun 21,01 persen dibandingkan posisi bulan Juni 2020,” kata Suhariyanto.

“Untuk bahan baku penolong menentukannya turun tipis 2,50 persen (MtM). Kalau kita bandingkan dengan YoY turunnya cukup dalam 34-46 persen,” kata dia.

Adapun bahan baku penolong yang mengalami penurunan secara MtM, diantaranya raw sugar dari Brazil. Kemudian biji gandum dari Kanada. Lalu tepung kedelai dari Brazil, dan mil cream powder dari Amerika Serikat. Nilai impor dari bahan baku penolong ini tercatat USD 7,39 miliar.

Sementara itu, impor barang modal tercatat naik 10,82 persen secara MtM. “Meskipun masih turun 29,25 persen, yang naik sebesar 10,8 persen ini diantaranya adalah komponen yang terkait dengan mesin pembangit listrik, dan juga ada auxalray plant merupakan barang modal tergolong HS 84,” sebut Kecuk.

Lebih lanjut, Suhariyanto menambahkan, dengan peningkatan impor barang modal menjadi USD 1,97 miliar ini, diharapkan investasi turut membaik.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Neraca Dagang Indonesia Surplus USD 3,26 Miliar pada Juli 2020

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca dagang Indonesia mengalami surplus USD 3,26 miliar pada Juli 2020.

“Surpls ini jauh lebih besar dibandingkan surplus bulan sebelumnya, juga jauh lebih besar dibandingkan dengan posisi Juli 2019,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam video konferensi, Selasa (18/8/2020).

Menurut catatannya, Suhariyanto menjelaskan surplus ini terjadi karena ekspor yang secara bulan ke bulan naik cukup tinggi, yakni 14,33 persen. Sementara impor secara bulan ke bulan turun 2,73 persen.

“Jadi alhamdulillah pada Juli 2020 ini neraca dagang masih mengalami surplus USD 3,26 miliar. Kalau kita lihat surplus ini didominasi oleh non migas,” kata Kecuk.

Secara rinci, neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat (AS) tercatat surplus USD 1,04 miliar, dengan ekspor USD 1,6 miliar dan Impor USD 566,9 juta.

Sementara dengan India, surplusnya mencapai USD 466,9 juta. Dengan ekspor sebesar USD 800,4 juta dan impor USD 333,5 juta.

Dengan Filipina, neraca dagang Indonesia tercatat surplus USD 460,4 juta. Dengan ekspor USD 490 juta, impor USD 30,2 juta.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.