Sukses

Rupiah Menguat Ditopang Ekspektasi Stimulus AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.725 per dolar AS hingga 14.793 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis ini bergerak menguat tipis. Pendorong penguatan rupiah adalah ekspektasi positif akan paket Stimulus AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (13/8/2020), rupiah dibuka di angka 14.742 per dolar AS, menguat tipis jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.760 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.725 per dolar AS hingga 14.793 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,69 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.877 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya di angka 14.777 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis, menguat seiring ekspektasi positif pasar terhadap tercapainya kesepakatan paket stimulus pemerintah AS.

"Pagi ini sentimen pasar terlihat positif untuk aset berisiko dengan indeks saham Asia bergerak menguat mengikuti penguatan yang terjadi di pasar saham AS semalam," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra diktuip dari Antara.

Sementara itu, lanjut Ariston, nilai tukar di pasar negara berkembang (emerging markets) juga terlihat menguat pagi ini terhadap dolar AS.

"Hari ini pasar mungkin merespons positif indikasi pemulihan ekonomi global dan masih berekspektasi positif terhadap persetujuan paket stimulus kedua AS untuk membantu pemulihan ekonomi AS di tengah pandemi," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah berpotensi menguat di kisaran 14.650 per dolar AS hingga 14.850 per dolar AS.

** Saksikan "Berani Berubah" di Liputan6 Pagi SCTV setiap Senin pukul 05.30 WIB, mulai 10 Agustus 2020

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI Sebut Nilai Tukar Rupiah dan Inflasi Masih Terkendali

Sebelumnya, seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia khususnya sebagai dampak penyebaran COVID-19, Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik. Indikator dimaksud adalah nilai tukar dan inflasi yang masih terkendali.

Pada akhir hari Kamis, 23 Juli 2020, Rupiah ditutup pada level Rp 14.550 per dolar AS. Kemudian Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke level 6,86 persen. DXY[1] tercatat melemah ke level 94,69serta yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 0,577 persen.

Sementara pada pagi hari tadi, Jumat (24/7/2020), Rupiah dibuka pada level Rp 14.500 per dolar AS. Kemudian Yield SBN 10 tahun turun di 6,83 persen.

Adapun aliran Modal Asing pada minggu ke-4 Juli 2020, BI mencatat Premi CDS (Credit Default Swaps)[3] Indonesia 5 tahun turun ke 112,9 bps per 23 Juli 2020 dari 124,7 bps per 17 Juli 2020.

“Berdasarkan data transaksi 20-23 Juli 2020, non residen di pasar keuangan domestik beli neto Rp 5,17 triliun, dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp 5,40 triliun dan jual neto di pasar saham sebesar Rp 0,23 triliun,” papar Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko dalam keterangan resmi.

“Berdasarkan data setelmen selama 2020 (ytd), non residen di pasar keuangan domestik jual neto Rp 143,77 triliun,” sambung dia.

Selanjutnya, BI mencatat inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. “Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Juli 2020, bulan Juli 2020 diperkirakan mengalami deflasi sebesar 0,03 persen (mtm). Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Juli 2020 secara tahun kalender sebesar 1,06 persen (ytd), dan secara tahunan sebesar 1,61 persen (yoy),” beber Onny.

Penyumbang utama deflasi pada periode laporan antara lain berasal dari bawang merah sebesar -0,10 persen (mtm), daging ayam ras sebesar -0,03 persen (mtm), bawang putih sebesar -0,03 persen (mtm), gula pasir sebesar -0,02 persen (mtm), jeruk sebesar -0,02 (mtm) serta cabai merah, kelapa, daging sapi, dan angkutan udara masing-masing sebesar -0,01 persen (mtm).

“Sementara itu, komoditas utama penyumbang inflasi, yaitu telur ayam ras sebesar 0,05 persen (mtm), emas perhiasan sebesar 0,04 persen (mtm), dan rokok kretek filter sebesar 0,01 persen (mtm),” tambah dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.