Sukses

Eropa Resesi, Ekspor Indonesia Terimbas

Negara penyumbang ekonomi terbesar di Eropa yaitu Jerman juga telah masuk jurang resesi.

Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa resmi resesi. Ekonomi benua biru ini minus 11,9 persen pada kuartal II 2020. Sedangkan pada kuartal I 2020 juga telah mengalami minus 3,2 persen.

Negara penyumbang ekonomi terbesar di Eropa yaitu Jerman juga telah masuk jurang resesi dengan minus 10,1 persen pada kuartal II. Untuk kuartal sebelumnya, ekonomi Jerman minus 2,2 persen.

Untuk Prancis, Italia, dan Spanyol mengalami tingkat resesi yang lebih dalam. Rinciannya Prancis minus 13,8 persen, Italia minus 12,4 persen, dan Spanyol minus 18,5 persen.

Ekonom sekaligus Analis Keuangan Valbury Asia Futures, Lukman Leong, memprediksi bahwa gelombang resesi yang melanda benua biru tersebut akan berdampak buruk bagi ekonomi Indonesia. Mengingat dampak dari resesi akan memukul kerja sama ekonomi antara Uni Eropa dan Indonesia.

"Saya kira kalau resesi itu pasti dampak buruknya akan menjalar ke segala sektor. Khususnya sektor ekonomi termasuk kerjasamanya," ujar dia saat dihubungi Merdeka.com, Senin (3/8/2020).

Terlebih, sambung Lukman, Eropa bagian penting dari mitra dagang Indonesia selama ini, karena banyak negara di benua Eropa masih mempercayakan Indonesia sebagai mitra yang mampu memenuhi standar sejumlah produk yang ditetapkan. Tentu saja resesi Eropa ini akan menganggu ekspor nasional.  

Kendati demikian, ia tak merinci seberapa besar potensi keuntungan dari kerjasama tersebut. "Yang pasti potensi ekonomi dari kerjasama ini cukup besar. Terlebih banyak negara maju di kawasan tersebut," imbuh lukman.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pemerintah Harus Lebih Tanggap

Oleh karena itu, ia meminta pemerintah lebih tanggap dalam menyikapi resesi yang marak di sejumlah negara, khususnya mitra. Antara lain dengan memetakan sejumlah negara mitra yang berpotensi mengalami kondisi ekonomi sulit.

Namun, menurutnya prioritas pemerintah kini lebih baik diarahkan terhadap peningkatan serapan program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Sehingga lebih banyak menyelamatkan masyarakat dan pelaku usaha dari dampak resesi.

"Hemat saya, yang paling penting untuk bisa meningkatkan serapan stimulus PEN. Karena ekonomi ga akan bangkit tanpa aktifitas," tukasnya.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.