Sukses

Selama Pandemi, Penjualan Obat Hipertensi Naik sedangkan Kesuburan Turun

PT Merck Indonesia Tbk mengembangkan obat untuk anti hipertensi. Produk obat tersebut baru akan dirilis Agustus mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Jenis obat pengatur gula darah dan hipertensi yang diproduksi oleh PT Merck Indonesia Tbk menjadi obat yang paling laris terjual selama masa Pandemi Covid-19. Hal itu diungkapkan Presiden Direktur PT Merck Tbk, Evie Yulin.

"Penjualan terbesar yakni produk obat untuk mengatasi penyakit gula darah dan antihipertensi," kata Evie dalam Webinar Public Expose PT Merck Tbk secara virtual, Jakarta, Rabu (29/7/2020).

Sebenarnya, penjualan dua produk ini secara umum tidak jauh berbeda sebelum atau selama masa pademi. Keduanya obat ini memang paling diminati konsumennya.

Hal ini membuat perusahaan asal Jerman ini justru mengembangkan obat untuk anti hipertensi. Produk obat tersebut baru akan dirilis Agustus mendatang. Evie mengatakan, produk obat hipertensi ini diperuntukkan bagi pasien yang harus mengkonsumsi dua jenis obat anti hipertensi dalam satu kapsul.

"Obat ini untuk pasien hipertensi yang tidak bisa single produk," kata dia.

Evie menjelaskan secara umum, penjualan obat mengalami peningkatan. Meskipun pada dasarnya banyak kekhawatiran orang untuk datang ke fasilitas kesehatan karena takut terpapar virus.

Namun tidak semua jenis obat yang diproduksi perusahaannya laris manis. Beberapa jenis obat juga ada yang mengalami penurunan, seperti obat untuk kesuburan wanita dan kemoterapi bagi pasien kanker.

"Ada beberapa produk yang penjualannya meningkat, tetapi tidak ada hubungannya dengan penyakit Covid-19," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Obat Kesuburan

Evie Yulin mengatakan bisnis penjualan obat kesuburan selama masa pandemi Covid-19 menurun. Hal ini dipicu karena situasi ekonomi yang sulit sehingga tidak sedikit para ibu menunda kehamilan.

"Bisnis obat kesuburan itu menurun karena banyak yang menunda kehamilan," kata Evie.

Meski begitu, perusahaannya tetap memasarkan produk terapi untuk wanita yang menjalani program bayi tabung. Pemasaran produk ini pun dilakukan secara digital melalui berbagai webinar baik untuk calon ibu atau dokter dan tenaga kesehatan.

"Produk baru pergoveris pen ini bagian dari produk infertilitas," kata dia.

Produk inovasi untuk kesuburan wanita ini memudahkan para calon ibu melakukan terapi untuk program bayi tabung. Produk ini memungkinkan calon ibu untuk menyuntikan sendiri obatnya sehingga memudahkan dokter dalam memberikan pelayanan kepada para calon ibu.

"Target segmen ini ibu-ibu yang mau program bayi tabung dan memudahkan dokter juga," kata dia.

Selain obat kesuburan, jenis obat yang digunakan untuk kemoterapi pasien kanker juga mengalami penurunan. Hal ini juga diakibatkan banyak pasien yang menunda perawatan kemoterapi di masa pademi.

"Banyak pasien kanker yang menunda kemoterapi juga, ke depan ini masih harus di perhatikan," kata dia.

Evie menjelaskan secara umum, penjualan obat mengalami peningkatan. Meskipun pada dasarnya banyak kekhawatiran orang untuk datang ke fasilitas kesehatan karena takut terpapar virus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini