Sukses

Berbekal Layanan Digital, Bank Tak Perlu Lagi Buka Kantor Cabang

Bank ke depannya tak perlu repot-repot mengeluarkan dana besar untuk membuka kantor cabang jika sudah terdigitalisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso terus mendorong bank agar bertransformasi secara digital. Dengan layanan tersebut, bank dikatakannya akan bisa mengakses para pelaku usah terkecil di pelosok daerah.

Bahkan, Wimboh menyatakan, bank ke depannya tak perlu repot-repot mengeluarkan dana besar untuk membuka kantor cabang jika sudah terdigitalisasi.

"Justru arsitektur perbankan kita adalah menggunakan digital. Karena ini akan cepat, murah, dan meng-cover dalam coverage yang luas dalam waktu yang singkat. Ndak perlu lagi buka cabang-cabang," kata Wimboh dalam sesi teleconference, Kamis (23/7/2020).

Namun, ia mencermati hal tersebut pasti memiliki konsekuensi. Seperti kesiapan modal perbankan untuk menginstal infrastruktur digital dan meng-cover seluruh jaringan tersebut.

"Nah inilah masalah yang kalian (perbankan) bisa bersinergi untuk itu. Sehingga nanti bisa punya kesempatan yang sama. Relevansinya arsitektur akan lebih banyak ke situ," imbuhnya.

"Tapi yang sulit itu kalau harus nambah modal, dimana pemiliknya kemampuannya terbatas sehingga harus bersinergi dengan yang lain," dia menambahkan.

Menurut Wimboh, digitalisasi saat ini memang telah jadi suatu keharusan. Dia mengambil contoh, ketika bank-bank besar sudah bertransformasi digital dan ternyata berhasil.

"Kita punya beberapa bank yang sudah masuk ke arah situ, terutama bank-bank besar, dan itu luar biasa perkembangannya. Berbagai sinergi dengan pemerintah sudah dilakukan. Ada DigiKU BRI kemarin. Bank lain monggo aja," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bank yang Belum Terapkan Digitalisasi Siap-siap Ditinggal Lari Nasabah

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso terus mendorong agar bank-bank di Indonesia bisa segera memfasilitasi layanan dengan akses digital.

Menurut dia, teknologi jadi kunci utama kegiatan bisnis seperti bank untuk bisa berkompetisi. Tanpa modal tersebut, bank nantinya akan lemah dan ditinggalkan para nasabahnya.

"Kalau bank ini terlalu lemah untuk berkompetisi di industri, tinggal waktu saja pasti akan menjadi tidak kompetitif, tidak menarik produk, dan akhirnya nasabahnya tidak convenient dan akhirnya lari," ujar Wimboh dalam sesi teleconference, Kamis (23/7/2020).

Dia mengaku jika OJK juga sudah menyiapkan berbagai aturan agar bank di masa mendatang semuanya bisa terfasilitasi dengan layanan digital.

"Jangan harap kalau enggak terapkan teknologi bisa berkompetisi dengan baik dan akhirnya nasabah bisa lari," tegas dia.

Wimboh mengutarakan, dalam menyiapkan teknologi dan layanan digital tersebut, bank bisa berkolaborasi dengan pihak lainnya.

OJK disebutnya akan terus memantau pergerakan tersebut sampai semua bank nantinya bisa terdigitalisasi. "Digitalisasi tidak musti semua bank menginstall infrastruktur sendiri, bisa kolaborasi. Ini penting sehingga nanti kami deteksi fasilitas apa yang akan diminta kepada otoritas berkaitan dengan digitalisasi tadi," tutur dia. 

3 dari 3 halaman

Lewat Komik, OJK Beri Panduan Bagi Penegak Hukum Cara Meminta Data Bank

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) senantiasa mendukung proses penanganan tindak pidana yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yakni kepolisian, kejaksaan dan pengadilan.

Salah satunya melalui penerbitan panduan cara membuka rahasia bank untuk aparat penegak hukum. Melalui panduan ini, OJK membeberkan bagaimana alur prosedur permintaan rahasia bank untuk kepentingan penegakan hukum.

Bukan sembarang panduan. Buku panduan yang satu ini dibuat dalam versi komik. Pada halaman awal, Anda akan disambut oleh visual Rizal Ramadhani selaku Deputi Komisioner Hukum dan Penyidikan OJK.

Halaman berikutnya, mengisahkan tentang beberapa kasus kejahatan tindak pidana yang berkaitan dengan perbankan. Ketiga kasus ini melibatkan aparat penegak hukum untuk pengusutannya.

Namun, saat hendak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Pihak Bank menolak untuk memberikan informasi, dengan alasan rahasia perusahaan (Bank). Sehingga harus meminta izin OJK terlebih dahulu.

Akhirnya, ketiga aparat tersebut menghubungi OJK untuk mendapatkan akses data di perbankan. Secara singkat, dalam komik tersebut dijelaskan tahapan untuk mendapatkan data perbankan.

Pertama, menyampaikan permohonan tertulis kepada Dewan Komisioner OJK. Permintaan tersebut disampaikan melalui Kepala Kepolisian, Jaksa Agung, atau Mahkamah Agung, serta harus ditandatangani secara basah. Selanjutnya, surat permintaan pembukaan rahasia bank telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Pasal 6 ayat (4).

Namun, juga ada prosedur lain dengan beberapa catatan tertentu. Untuk lebih jelasnya, Anda dapat membaca sendiri melalui tautan https://bit.ly/rahasiabankojk, atau bisa mengunjungi akun instagram @ojkindonesia untuk scan QR.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.