Sukses

Jadi Penolong di Krisis 1998, UMKM Justru Minta Tolong Saat Pandemi Corona

Pada krisis 1998, justru sektor UMKM tampil mencolok sebagai bantalan ekonomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19 adalah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hal ini sangat berbeda dengan saat krisis 1998. Pada krisis 1998 justru sektor UMKM tampil mencolok sebagai bantalan ekonomi Indonesia.

"Pandemi Covid-19 ternyata membuat UMKM kita terdampak sangat hebat. Kalau dari krisis 1998 itu bisa kita katakan UMKM kita sebagai bumper ekonomi nasional, bahkan menjadi bantalan ekonomi nasional, kata Deputi Bidang Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Eddy Satriya, dalam webinar yang digagas oleh WhatsApp, Selasa (21/7/2020).

Eddy mengatakan saat krisis 1998 terjadi mayoritas pelaku usaha berskala besar yang terdampak buruk. Sebaliknya, justru UMKM tampil gemilang dan mampu menopang beban perekonomian nasional kala itu.

Hal itu diakibatkan oleh terjaganya faktor supply dan demand oleh UMKM. Imbasnya, kinerja sektor usaha ini masih mampu mengatasi krisis yang terjadi.

Akan tetapi, skenario di atas berbanding terbalik saat ini, di mana seluruh skala usaha menjadi terpuruk, termasuk UMKM. Bahkan, untuk menjaga kelangsungan bisnisnya, UMKM membutuhkan dana yang yang tidak sedikit dari pemerintah.

Sebab, krisis akibat pandemi Covid-19 hampir memutus faktor supply dan demand. Imbasnya, cash flow UMKM menjadi mengering setelah faktor penjualan dan permintaan alami penurunan drastis.

Lebih parah, krisis akibat pandemi ini juga menghambat arus distribusi dan serapan bantuan pemerintah, termasuk permodalan. Sehingga pemerintah harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan kelangsungan bisnis UMKM dari infeksi pandemi tersebut.

Untuk itu, ujar Eddy, pemerintah kini tengah fokus membantu sebanyak mungkin mendorong UMKM go online. Mengingat penjualan secara online diyakini dapat mempermudah proses jual-beli, membuka pasar lebih luas, hingga mengetahui tren dan kebutuhan konsumen lebih cepat.

"Karena saat krisis 1998 terjadi orang masih bisa berkomunikasi. Bahkan masih bisa face to face untuk bertemu. Sekarang sulit," imbuh dia.

Reporter: Sulaeman

Sumber: Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sandiaga: UMKM Harus Ditumbuhkan untuk Atasi Krisis

Sebelumnya, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno menilai bisnis syariah akan menjadi solusi dari adanya krisis saat ini, terutama keuangan berbasis syariah.

“Saya melihat bisnis (keuangan) syariah akan berkembang secara signifikan pasca pandemi ini,” kata Sandi di Jakarta, Senin (20/7/2020).

Menurut Sandiaga, keuangan yang berbasis syariah sangat menjujung nilai keadilan karena mampu memberikan keleluasaan serta kelonggaran kepada para usahawannya atau masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Tidak seperti bank-bank kredit dan pinjaman online yang menjamur saat ini dengan bunga yang tinggi. Hal itu justru yang akan mempersulit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berkembang.

"Ternyata ada opsi tanpa riba yang syari yang sesuai perintah Allah. Oleh karena itu, mari kita dorong satu terobosan, Bank Infaq atau bank syariah lainnya. Karena ternyata sistem berbasis liberal dan kapitalis gagal dalam mengantisipasi krisis ekonomi yang dipicu Covid-19 ini," ujarnya.

Dia menegaskan bahwa untuk mengatasi krisis yang terjadi saat ini harus ditumbuhkan wirausahawan atau pelaku usaha UMKM. Salah satunya dengan memberi kemudahan perizinan. Bukan saja usaha-usaha besar.

Terlebih lagi, berdasarkan data, sekitar 97 persen lapangan kerja diciptakan UMKM dan 60 persen dari ekonomi nasional adalah kontribusi dari UMKM.

“Kalau kita ingin memajukan ekonomi, kita harus memberikan keberpihakan, kemudahan perizinan pada UMKM,” kata Sandiaga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini