Sukses

Banggar DPR Soroti Kebijakan Mendikbud Nadiem soal Sistem Belajar Jarak Jauh

Pola-pola pembelajaran jarak jauh sangat membutuhkan dukungan teknologi dan listrik.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah menyoroti kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang akan mempermanenkan kegiatan belajar secara jarak jauh. Menurutnya kebijakan itu sangat tidak efektif, apalagi bagi daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

"Apakah ke depan pola sama dengan cara school from home?," tanya Said di Ruang Rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Rabu (15/7).

Dia mengatakan, pola-pola pembelajaran seperti ini sangat membutuhkan dukungan teknologi dan juga listrik. Sementara, tidak semua daerah memiliki jangkauan teknologi seperti internet dan aliran listrik yang terjangkau.

"Tapi Pak Nadiem masih 17 persen tidak teraliri listrik daerah. Contoh nyata Sumenep di Madura, 287 desa, 34 desa tidak ada listrik," kata dia.

Dengan berbagai kondisi tersebut, Said meminta kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim untuk mempertimbangkan kebijakan tersebut kembali. Apalagi di tengah kondisi seperti ini banyak masyarakat yang kesulitan.

"Kemudian kebijakan apa yang akan diambil oleh Menteri pendidikan Nasional Pak Nadiem yang ganteng, muda, smart, mari tunjukan sekarang. Sebab orang itu diuji ketika wabah pandemi seperti ini," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kegiatan Belajar Mengajar Terus Dilaksanakan

Sebelumnya, dalam rapat bersama Komisi X DPR RI pada Kamis (2/7/2020), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim, mengatakan kegiatan belajar jarak jauh tetap terus dilaksanakan.

Metode ini juga nantinya akan ditetapkan secara permanen. Apabila situasi pandemi tak kunjung mereda.

Dalam pelaksanaannya, pemanfaatan teknologi menjadi hal utama. Menurutnya, pemanfaatan teknologi bisa menjadi ajang sekolah untuk melakukan sejumlah metode dalam kegiatan belajar mengajar.

Misalnya seperti melakukan berbagai macam efisiensi dan teknologi dengan aplikasi dan perangkat lunak.

"Memberi kesempatan pada guru-guru, kepala sekolah, dan murid-murid untuk melakukan berbagai macam hybrid model atau school learning management system. Potensinya sangat besar," ungkap Nadiem.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.