Sukses

PPSDM KEBTKE Bersama Para Pakar Bahas Tantangan dan Peluang Waste to Energy

Negara maju memiliki konsumsi yang tinggi sehingga menghasilkan sampah yang banyak. Hal ini menjadi tantangan baru bagi Indonesia dalam pengolahan sampah menjadi energi.

Liputan6.com, Jakarta Indonesia, negara dengan jumlah penduduk lebih dari 260 juta jiwa kini memiliki status baru di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Bukan lagi negara berkembang, melainkan masuk ke dalam kategori negara maju bersama China, India, Brazil, dan Afrika Selatan. 

Menyikapi status baru Indonesia, Kepala Badan Pengembangan SDM Energi dan Sumber Daya Mineral (BPSDM ESDM), IGN Wiratmaja mengatakan suatu negara maju dalam kehidupan sehari-harinya memiliki konsumsi yang tinggi dan menghasilkan sampah yang banyak. Sehingga semakin banyak tantangan yang dihadapi mulai dari teknologi pengolahan sampah, pemanfaatan sampah menjadi energi, hingga pembuatan kebijakan dan regulasi pemerintah.

Untuk mengurai tantangan tersebut, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (PPSDM KEBTKE) mengadakan webinar bertajuk “Mengurai Tantangan, Optimalisasi dan Peluang Waste to Energy” melalui aplikasi Zoom, dan Live streaming Youtube, dan Facebook PPSDM KEBTKE.

Turut hadir sebagai pembicara, selain IGN Wiratmaja, adalah Direktur Bioenergi EBTKE Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara-ITB, Dr. Eng. Pandji Prawisudha, dan Clean Power Indonesia, Jaya Wahono.

Dalam webinar yang diikuti 1001 peserta dari berbagai kalangan, Andriah Feby Misna memaparkan “Regulasi dan Progres Implementasi Waste to Energy”.

“Pengolahan sampah menjadi energi adalah bagian dari pengelolaan sampah. Waste to Energy adalah upaya untuk mengatasi masalah lingkungan yang disebabkan oleh sampah,” kata Feby.

Program percepatan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2018 tentang percepatan pembangunan instalasi pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan. Kota yang menjadi Pilot Project, Jabodetabek, Jawa Tengah, Sumatera, Jawa Timur, Sulawesi, Denpasar.

Pokok-Pokok Perpres Nomor 35 tahun 2018 tentang Percepatan Program Pembangunan PLTSa, Pemerintah Kabupaten/Kota atau Pemerintah Provinsi dapat menugaskan BUMD, melakukan kompetisi badan usaha, atau mengusulkan kepada Menteri ESDM untuk menugaskan BUMN sebagai pengembang PLTSa.

“Pemerintah pusat dapat memberikan bantuan Biaya Layanan Pengolahan Sampah (BLPS) kepada Pemda, paling tinggi Rp 500,000 per ton sampah,” ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tantangan Limbah yang Bervariasi

Sementara itu, Dr. Eng. Pandji Prawisudha Dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara-ITB, menyampaikan materi “Waste-To-Energy di Indonesia: Peluang dan Tantangan”. Pandji mengatakan bahwa Indonesia adalah penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia, tidak hanya plastiknya sampah makanan pun indonesia juara.

“Tiga aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, membuat sampah menjadi energi, yaitu pembatasan timbunan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Jenis Sampah yang dapat diproses dapat mengolah berbagai jenis limbah padat,” urainya.

“Sampah adalah energi maka perlu kita perbaiki, segala sesuatu yang kita buang dapat kita manfaatkan untuk menjadi energi,” tambahnya.

Selain itu, tantangan lain pengolahan sampah menjadi energi adalah limbah dan komponen sampah memiliki banyak bentuk dan variasi, berbagai ukuran ada yang besar dan kecil. 

“Ada yang sulit kandungan air yang tinggi menyebabkan nilai kalorinya rendah sehingga menyebabkan cost transportasi yang tinggi dan kandungan abu menyebabkan karakter pembakaran yang beragam,” katanya.

 

3 dari 3 halaman

Pengembangan Fasilitas Waste to Energy

Sebagai pembicara, Jaya Wahono Clean Power Indonesia menyampaikan “Zero Waste Indonesia” dan mengusulkan pengembangan fasilitas Waste to Energy.

Jaya Wahono mengatakan masalah sampah di semua kota ada, kota besar, kota kecil, maupun di pulau permasalahan sampah yang makin besar dan beragam di seluruh indonesia sebagai dampak meningkatkan aktivitas ekonomi.

“Solusinya mengubah sampah menjadi manfaat bagi masyarakat di sekitar dengan membangun fasilitas pemrosesan Sampah menjadi kompos dan listrik dengan teknologi Zero Waste terdistribusi berbasis masyarakat, serta menggerakkan semua kecamatan di indonesia untuk membersihkan lingkungan sekaligus membuka lapangan pekerjaan lokal,” jelasnya.

Webinar diikuti sekitar 1001 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari perguruan tinggi baik mahasiswa dan dosen, praktisi yang bekerja di pembangkit listrik, juga pengusaha di bidang pembangkit listrik. Selain itu masyarakat umum pun turut menyaksikannya secara live streaming di akun Youtube dan Facebook PPSDM KEBTKE.

Melalui webinar ini, Wiratmaja berharap anak-anak muda Indonesia bisa terus mengembangkan kompetensinya, termasuk dalam hal mengolah sampai dan Waste to Energy. Semakin memahami pendidikan dan pelatihan yang dibutuhkan.

“Ada istilah yang sederhana bangsa yang berada nya tinggi adalah bangsa yang bisa mengelola sampahnya, bisa kita lihat atau nilai dari rumah-rumah yang mahal apakah menghadap ke sungai atau membelakangi sungai,” kata Wiratmaja.

Untuk lebih lengkapnya mengenai diskusi ini, Anda dapat mengunjungi video Webinar berikut ini.

Untuk webinar selanjutnya, Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Ketenagalistrikan, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi akan menghadirkan tema diskusi bertajuk “Marketing 4.0”.

PPSDM KEBTKE siap melayani kebutuhan pengembangan sumber daya manusia bidang ketenagalistrikan, energi baru, terbarukan dan konservasi energi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.