Sukses

Indonesia Tidak Menuju Titik Resesi, Ini Bukti Indikator yang Diungkap BI

Kategori negara mengalami resesi apabila selama dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif.

Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) meyakini jika perekonomian Indonesia pada tahun ini tidak mengalami resesi, imbas dari pandemi COVID-19. Sejumlah indikator perdagangan global termasuk ekspektasi masyarakat, mulai menunjukkan tanda perbaikan menjadi landasan keyakinan.

“Ini masih dini tapi menggambarkan kita tidak menuju suatu titik resesi sebagaimana dikhawatirkan banyak orang,” kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, seperti melansir Antara, seperti dikutip Kamis (9/7/2020).

Menurut dia, berdasarkan survei BI sebelumnya indikator ekspektasi masyarakat pada Mei 2020 berada pada titik yang landai, namun ada harapan penurunannya akan berhenti.

Artinya, ekspektasi positif dan optimisme mulai tumbuh terhadap perbaikan ekonomi. Indeks ekspektasi itu berada pada zona yang optimis dengan indeks 104,9, meski masih turun dibandingkan April 2020 mencapai 106,8.

Data sementara lainnya, lanjut dia, perdagangan dunia yang mulai dibuka salah satunya di China sebagai salah satu mitra dagang terbesar Indonesia.

Dampaknya, lanjut dia, indeks manufaktur Indonesia atau Purchasing Managers Index (PMI) berdasarkan data HIS Markit pada Mei naik mencapai 28,6, membaik dibandingkan April 2020 mencapai 27,5.

Sedangkan memasuki normal baru pada Juni 2020 kinerja PMI kembali terangkat menjadi 39,1. “Risiko investasi relatif pada perlambatan tertahan yang menandakan ada beberapa kegiatan manufaktur sudah mulai bergerak karena link dengan dibukanya ekspor ke China,” ucapnya.

 

Tonton Video Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kinerja Ekonomi

Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat nilai ekspor Indonesia pada Mei 2020 mencapai USD 10,53 miliar atau surplus USD 2,1 miliar dibandingkan impor USD 8,44 miliar.

Sebanyak 17,04 persen ekspor Indonesia menuju China dengan komoditas yang paling banyak diekspor di antaranya besi dan baja.

“Kinerja ekspor itu relatif ada beberapa komoditas emas, besi, dan baja, itu relatif baik dan dalam waktu dekat nikel sepanjang itu segera dibuka akan memberi dorongan ekspor,” jelas dia.

Adapun kategori negara mengalami resesi apabila selama dua kuartal berturut-turut pertumbuhan ekonominya negatif.

BPS sebelumnya mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2020 mencapai 2,97 persen atau menurun dibandingkan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen.

Namun, untuk triwulan kedua tahun ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan merosot bahkan Kementerian Keuangan memproyeksikan mencapai minus 3,8 persen. “Ini karena ada shock pada suplai dan permintaan juga disrupsi terhadap suplai,” imbuhnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.