Sukses

Raup Untung Rp 1 Triliun, PT Krakatau Steel Masih Butuh Dana Talang Pemerintah

PT Krakatau Steel membukukan keuntungan pada kuartal I 2020 mengantongi laba bersih USD 74,14 juta atau setara Rp 1 triliun.

Liputan6.com, Jakarta - PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) setelah sewindu (8 tahun) merugi, akhirnya mampu membukukan keuntungan pada kuartal I 2020 mengantongi laba bersih USD 74,14 juta atau setara Rp 1 triliun.

“Kita bisa wujudkan peningkatan EBITDA yang signifikan di kuartal I kita bisa membukukan keuntungan secara konsolidasi sebesar Rp 1 triliun, itu di dapat utamanya dari penghematan yang kita lakukan, terjadi penurunan signifikan dari semula OPEX USD 33 juta per bulan menjadi sekitar USD 15 juta per bulan,” kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim, dalam Rapat Dengar PEndapat (RDP) dengan DPR, RAbu (8/7/2020).

Di mana KRAS sudah melaksanakan proses  restrukturisasi dan reformasi pada 12 Januari 2020, telah merestrukturisasi hutang sebesar USD 2,2 miliar atau Rp 31,7 triliun (USD1= Rp 14,431).

“Kita lakukan ini dalam rangka merestrukturisasi, yang mana ada tiga hal yang kita lakukan restrukturisasi baik itu hutang, bisnis, dan transformasi,” ujarnya.

Namun, dengan adanya pandemi covid-19 ini telah membuat kegiatan operasional dan produksi di industri baja, dan industri pengguna mengalami penurunan yang signfikan berkisar 30-50 persen, yang mengakibatkan beberapa produsen menurut lini produksinya, karena rendahnya utilisasi produksi.

“Dengan kondisi pandemic covid-19, terjadi penurunan permintaan industri baja hilir dan industri pengguna, sehingga terjadi penjualan sebesar 30,56 – 35,36 persen dari target awal PT KS,” ujarnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Penjualan Turun

Tentunya, menurut Silmy penurunan penjualan ini mengakibatkan penurunan EBITDA perseroan sebesar 78,70 – 79, 22 persen di tahun 2020.

Posisi KRAS sebagai penyedia produk baja hulu menjadikan industri hilir dan industri pengguna banyak bergantung pada operasional KRAS dan industri tersebut saat ini terpukul akibat penurunan permintaan dan kesulitan cashflow.

Oleh karena itu, Silmy mengusulkan untuk mendapatkan dana talang untuk mendukung pinjaman modal kerja Pemerintah sebesar Rp 3 triliun, maka KRAS dapat memberikan relaksasi pembayaran kepada konsumen yang menggerakkan bisnis industri hilir dan industri pengguna.

“Sehingga terjadi peningkatan penjualan 6,48-6,81 persen. Dengan pemulihan tingkat penjualan in maka PTKS diproyeksikan dapat meningkatkan EBITDA-nya 24,54 – 27,55 persen dari kondisi semula,” pungkasnya.   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.