Sukses

Ini Penyebab Petani Kurang Sejahtera Meski Sumber Daya Alam Melimpah

Indonesia berada diurutan ke lima Gross Domestic Produk (GDP) dunia untuk sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan.

Liputan6.com, Jakarta Potensi agribisnis Indonesia di dunia sangat bervariasi. Indonesia berada diurutan ke lima Gross Domestic Produk (GDP) dunia untuk sektor pertanian, perikanan, dan kehutanan. 

Peringkat kesatu sebagai produsen terbesar tuna, kelapa sawit, kelapa dan cengkeh. Peringkat kedua produsen ikan, karet dan lada, serta peringkat ke tiga sebagai produsen kakao dan pala.

Hal itu disampaikan oleh Chief Marketing officer Ekosis.id, Ranggi Muharam, mengatakan ironisnya banyak petani di Indonesia dan nelayan yang kurang sejahtera, di mana rata-rata pendapatan mereka Rp 1,36 juta dan juga karena dinilai kurang menghasilkan, makannya jumlah petani dan nelayan Indonesia semakin hari semakin menurun.

Menurunnya potensi agribisnis di Indonesia dikarenakan beberapa problematika yang dialami oleh petani, nelayan, maupun di tingkat industrinya.

Untuk petani dan nelayan sendiri, Ranggi menyebutkan sulitnya akses pasar, akses permodalan, terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana produksi, bingung akan mengirim produk, transaksi yang tidak transparan, serta kurangnya pengetahuan petani dan nelayan akan kualitas produk yang baik.

Begitupun yang dialami oleh industri agribisnis, yakni rentan akan penipuan dalam hal pemasaran karena masih menggunakan media sosial yang sangat mudah terjadinya penipuan, lalu sulit akses supply bahan baku yang efisien, kualitas bahan baku buruk, tidak ada jaminan kualitas bahan baku yang baik, serta asal-usul bahan baku yang tidak jelas sertifikasi produk dan pabriknya.

“Maka dari itu kita membuat suatu platform digital Ekosis, alasan kami menciptakan ekosis ingin menciptakan satu inovasi di bidang teknologi digital yang bisa membantu industri agribisnis di Indonesia terciptanya perdagangan yang adil dan transparan dan menciptakan kesejahteraan para pelaku usaha agribisnis terciptanya ekosistem agribisnis baik di bidang agribisnis,” kata Ranggi dalam Webinar KUKM Pertanian Menembus Pasar E-commerce, Selasa (7/7/2020).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Platform Agribisnis

Adapun Ranggi menjelaskan, ekosis merupakan sebuah platform ekosistem agribisnis terintegrasi yang menghubungkan Petani dan Nelayan Produsen (Petani & Nelayan) and Pembeli (Perusahaan / Industri), untuk bertemu dan bertransaksi secara adil dan transparan.

Serta menghubungkan industri lain yang mendukung ekosistem agribisnis, antara lain jasa angkutan yang membantu distribusi produk, jasa keuangan yang menyediakan akses permodalan, sarana dan prasarana yang menyediakan fasilitas pendukung untuk membantu kebutuhan produksi, dan jasa manajemen kualitas yang menjamin kualitas produk dalam kondisi yang baik.

“Pembeli dapat mengetahui informasi keterlacakan produk agri yang dibeli dari petani atau nelayan, seperti tanggal panen/tangkap, nama petani/nelayan, lokasi panen/tangkap, jenis produk agri, dan teknik tanam/tangkap,” katanya.

Ia pun menyebut bahwa saat ini total transaksi yang dilakukan oleh pengguna Ekosis sudah mencapai Rp 5,3 miliar, sejak aplikasi ini di publikasikan di Google play store pada September 2019 hingga awal Juli 2020.

Sementara market yang telah bergabung dalam ekosis yakni pertanian beras organik dan jahe gajah, perkebunan (kopi, kakao, kelapa, kacang-kacangan, nanas), peternakan (ayam), Perikanan (ikan demersal/karang, ikan pelagis, udang, rumput laut, gurita, rajungan dan kepiting, serta garam), jasa angkutan (Indah logistic dan SN Cargo).   

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.