Sukses

Hikmah Dibalik Corona, Digitalisasi di Bidang Ekonomi Makin Cepat

Pandemi corona mempercepat proses digitalisasi di segala sektor.

Liputan6.com, Jakarta - Selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), masyarakat mau tidak mau menjadi lebih banyak mengandalkan layanan digital, baik untuk urusan pekerjaan hingga kebutuhan sehari-hari.

Bahkan, untuk menghabiskan waktu di rumah saja, masyarakat tak segan mengakses layanan streaming sebagai hiburan di kala penat.

Namun demikian, Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI), Sunarso menilai bahwa tidak ada konsumsi yang berubah, hanya saja cara pemenuhannya yang beralih ke digital.

Menghadapi situasi ini, sebagai salah satu fasilitator transaksi yang terjadi di Indonesia, BRI melalui BRIvolution melakukan transformasi ke dalam dua fokus, yakni digital dan kultural.

"Karena digital saja tidak cukup, mindset kita juga harus diubah ke arah yang memang eranya digital," kata Sunarso dalam talkshow Indonesian Consumers Outlook: Understanding the Market from Nation’s Biggest Bank, Sabtu (27/6/2020).

Krisis ini, kata Sunarso, tak diduga justru menjadi akselerator bagi percepatan digitalisasi perekonomian, utamanya di perbankan. Dengan transisi ini, maka masyarakat juga diharuskan memiliki mindset ke arah digital.

"Pandemi ini, mengharuskan kita untuk stay at home, kemudian melakukan apa-apa secara online. Maka artinya impian kita tentang masyarakat digital secara tiba-tiba menjadi kenyataan, bahwa sekarang kita pesen apa aja harus online," bebernya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Beralih ke Digital

Namun demikian, sekali lagi Sunarso menyebutkan bahwa apa yang dikonsumsi tidak berubah, namun cara pemenuhannya yang berubah lebih efisien dengan beralih ke digital.

Selain itu, Sunarso juga melihat ada kepercayaan yang tinggi dalam perdagangan berbasis digital ini. Dimana pembeli mempercayai penjual yang hanya menampilkan gambar dari produk yang ditawarkan.

Sehingga, dalam hematnya, kedepan mungkin diperlukan regulasi atau lembaga untuk mengatur standarisasi dan pengawasan teehadap produk yang dijual secara daring untuk meminimalisir pedagang yang nakal.

tapinjuga timbul trust antara sinoenjual barang yang leat gambarnsaja dengan pembeli barang yang kuga peecaya dengan melihat gambar saj, itu yang beubah

"Kalau begitu nanti orang itu akan makin jujur, tetapi diantara kejujuran itu tetap saja ada yang nakal kan. Kemudian ada yang ngarur, bahwa ada wasitnya kalau memang nggak sesuai itu maka dibalikin lagi (produknya)," jelas Sunarso.

"Nggak tahu nanti mungkin ada lembaga atau apa yang menjadi wasit untuk menjaga standarisasi barang dan jasa yang diperjual belikan, itu menjadi penting," sambungnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.