Sukses

Klaim Temukan Ramuan Herbal Obat Covid-19, Miliarder India Diminta Beri Bukti

Produsen herbal Patanjali Ayurved mengklaim telah sukses mengembangkan obat yang dapat menyembuhkan Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Saat seluruh dunia tengah berlomba menemukan vaksin Covid-19, perusahaan India Patanjali Ayurved, membuat klaim sensasional. Produsen pembuat produk herbal di India ini mengklaim telah sukses mengembangkan obat yang dapat menyembuhkan penyakit pernapasan kronis tersebut.

Meski kemudian perusahaan yang baru saja meluncurkan Paket Corona, yang terdiri dari Coronil, pil ayurveda, tetes hidung dan minyak herbal ini, menuai pertanyaan dari pemerintah dan komunitas medis India.

Sifat kuratif dari Coronil ini dipertanyakan oleh Kementerian AYUSH (Ayurveda, Yoga & Naturopathy, Unani, Siddha, Sowa Rigpa dan Homeopathy) India, dan membeberkan bahwa klaim dan perincian dari studi ilmiah yang disebutkan dalam Coronil ini tidak diketahui oleh Kementerian.

Kementerian AYUSH meminta perusahaan untuk berhenti mengiklankan atau mempublikasikan klaim-klaim terkait Coronil sampai dengan pemeriksaan lebih lanjut.

Melansir dari laman Forbes, Sabtu (27/6/2020), Kementerian ingin perusahaan ini untuk menyerahkan rincian obat ajaib yang digembar-gemborkan, seperti studi penelitian yang dilakukan, termasuk ukuran sampel pasien dan protokol yang diikuti. Perusahaan mengatakan telah mengirimkan informasi yang diperlukan.

Berdasarkan dokumen yang diserahkan Patanjali kepada para pemerintah, menyebutka jika penelitiannya terhadap 120 orang yang asimptomatik, simptomatik ringan, dan simptomatik sedang, dimana separuh diberi tablet Coronil dan separuh lainnya diberi plasebo), yang diujikan kepada pasien pada hari ketiga, hari ketujuh dan hari ke-14.

Hasil dari uji coba ini pasien simptomatik yang menerima Coronil yang terbuat dari ekstrak ashwagandha (ginseng India), giloy (tinospora cordifolia) dan tulsi (kemangi suci), berubah tanpa gejala.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Protokol Penelitian Medis

Peluncuran Coronil ini bertepatan dengan upaya pemerintah untuk mengeksplorasi penggunaan obat-obatan ayurveda untuk mengobati Covid-19.

Kementerian AYUSH telah menyetujui studi tiga formulasi ayurvedic, yang akan dilakukan di 10 lokasi di seluruh negeri, termasuk di rumah sakit seperti Medanta, kata Dr. Pooja Sharma, kepala penelitian di Medanta Institute of Education & Research.

"Tidak satupun dari (obat-obatan herbal) ini adalah antivirus, dan semuanya dimaksudkan untuk mendukung sistem kekebalan atau pernapasan," jelas Sharma menjelaskan.

Selain itu, ia menambahkan, kementerian telah mengikuti protokol penelitian medis yang tepat, termasuk melakukan studi di beberapa pusat yang akan diawasi oleh Dewan Riset Ilmiah dan Industri.

“Mereka telah melalui semua proses. Ini adalah cara yang benar untuk melakukan uji coba dan memberikan kesempatan yang lebih baik untuk menemukan apa yang benar-benar berhasil,” tambah Sharma.

Sebagai informasi, Patanjali Ayurved merupakan perusahaan yang menggeluti produk konsumsi. Mulai dari pasta gigi, kosmetik hingga mie dan selai berbasis herbal. Bisnis ini didirikan guru yoga Baba Ramdev yang merupakan ikon perusahaan meski dia diketahui tidak memiliki saham.

Sementara mitra bisnisnya, Acharya Balkrishna, memiliki 98,5 persen saham dan merupakan miliarder dengan kekayaan bersih USD 1,2 miliar (Rp 16,9 triliun).

Pabrik dan kantor pusat Patanjali terletak di kawasan industri Haridwar, sementara kantor terdaftarnya berada di Delhi.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Miliarder adalah seseorang yang memiliki kekayaan bersih setidaknya satu miliar (1.000.000.000 atau seribu juta) unit mata uang tertentu.

    Miliarder

  • Penyebaran Covid-19 ke seluruh penjuru dunia diawali dengan dilaporkannya virus itu pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China

    COVID-19