Sukses

Kapan Indonesia Bisa Dikatakan Resesi?

Indonesia terus dihantui ancaman resesi jika pertumbuhan ekonomi negara pada kuartal II dan kuartal III berada di posisi negatif

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia terus dihantui ancaman resesi jika pertumbuhan ekonomi negara pada kuartal II dan kuartal III berada di posisi negatif.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat memperkirakan, pandemi virus corona (Covid-19) berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi negara terkontraksi minus 3,8 persen pada kuartal II 2020.

Mantan Direktur Bank Dunia tersebut juga memproyeksikan, dalam kondisi terburuk perekonomian nasional bisa anjlok hingga -1,6 persen pada kuartal III 2020.

"Kami berharap kuartal III dan kuartal IV 2020 ekonomi tumbuh 1,4 persen. Atau kalau dalam negatif bisa minus 1,6 persen. Itu technically bisa resesi kalau kuartal III negatif," ungkap Sri Mulyani beberapa waktu lalu.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan Rahayu Puspasari menyatakan, aktivitas manufaktur yang terus memburuk juga menjadi salah satu indikator Indonesia bisa tergelincir ke masa resesi.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Indikator Lainnya

Wanita yang akrab disapa Puspa ini menjelaskan, indikator aktivitas industri (purchasing managers index/PMI) berada di bawah 50 merupakan tolak ukur terjadinya technical recession.

Menurut dia, Indonesia telah mengalami hal tersebut pada April dan Mei lalu, dimana PMI negara berada di level 28,6.

"Ini terjadi juga sebelumnya pada kuartal IV 2019, dimana isunya perang dagang," ujar Puspa kepada Liputan6.com, Rabu (24/6/2020).

Catatan lainnya, IHS Markit pada April 2020 melaporkan PMI Indonesia berada di angka 27,5, jauh menurun dari bulan sebelumnya yang 43,5. Perolehan tersebut membuat aktivitas manufaktur Indonesia menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.

Produksi manufaktur pada bulan tersebut jatuh lantaran banyak pabrik yang tutup sementara. Tak hanya produksi, permintaan juga lesu terutama untuk keperluan ekspor. Akibatnya, output manufaktur berada di titik terlah sepanjang sejarah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.