Sukses

IMF: Ekonomi Global Bakal Terkoreksi Lebih Dalam dari Perkiraan

IMF melihat ekonomi global akan mengalami kontraksi lebih dalam dari perkiraan

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) melihat ekonomi global akan mengalami kontraksi lebih dalam dari perkiraan sebelumnya yakni 3 persen, bahkan meskipun beberapa ekonomi mulai dibuka kembali di banyak negara.

“Untuk pertama kalinya sejak Depresi Hebat, ekonomi pasar maju dan berkembang akan mengalami resesi pada 2020. Pembaruan Outlook Ekonomi Dunia Juni mendatang kemungkinan akan menunjukkan tingkat pertumbuhan negatif yang bahkan lebih buruk dari perkiraan sebelumnya,” ujar kepala Ekonom IMF, Gita Gopinath melansir dari laman CNBC, Rabu (17/6/2020).

Pandemi dimulai sebagai krisis darurat kesehatan, namun juga memicu krisis ekonomi, karena langkah-langkah pembatasan sosial yang diperlukan dan untuk menekan penyebaran Covid-19.

Seiring perkembangannya, banyak negara mulai mencabut penguncian atau pembatasan sosial untuk kembali memulihkan kegiatan ekonomi mereka, namun di saat yang bersamaan justru terjadi peningkatan kasus Covid-19.

Menurut data dari Universitas Johns Hopkins, ada lebih dari 8 juta kasus yang dikonfirmasi si seluruh dunia. Amerika Serikat, Brasil, Rusia, India, dan Inggris saat ini adalah lima negara dengan jumlah kasus terbanyak.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Sektor Jasa Paling Terdampak

IMF mencatat bahwa industri jasa lebih banyak terkena dampak daripada manufaktur. Pada krisis sebelumnya, industri manufaktur cukup terpukul akibat kurangnya investasi.

“Ada kemungkinan bahwa dengan permintaan konsumen yang terpendam akan ada rebound yang lebih cepat, tidak seperti pada krisis sebelumnya,” kata Gopinath

Namun demikian, Gopinath juga memperingatkan bahwa krisis kesehatan kali ini mungkin mempengaruhi daya beli masyarakat, termasuk mengoreksi pengeluaran mereka, orang-orang juga berpotensi menabung lebih banyak.

Sementara itu, pasar ekuitas telah mencapai tren peningkatan baru pada saat ekonomi, pemerintah, layanan kesehatan dan warga masih berjibaku dengan pandemi. Bahkan, S&P 500 telah mendapatkan kembali sebagian besar kerugiannya sejak krisis dimulai. Pada saat yang sama, di tengah intervensi bank sentral yang kuat, pasar obligasi agak tenang.

“Dengan sedikit pengecualian, kenaikan spread negara dan depresiasi mata uang pasar berkembang lebih kecil dari apa yang kita lihat selama krisis keuangan global. Ini penting mengingat skala kejutan yang lebih besar ke pasar negara berkembang selama Great Lockdown,” kata Gopinath.

Untuk itu, Gopinath memperingatkan bahwa jika kondisi kesehatan atau ekonomi memburuk, tidak menutup kemungkinan akan ada koreksi tajam di pasar publik.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.