Sukses

Strategi Pemerintah Penuhi Kebutuhan Garam

Ketika pemerintah menentukan target, kebutuhan garam nasional terus meningkat, sehingga target juga mengalami penyesuaian.

Liputan6.com, Jakarta Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Safri Burhanuddin buka-bukaan soal rencana swasembada garam Indonesia yang dicanangkan Presiden sejak bertahun-tahun lalu.

Menurutnya, alur target produksi garam dengan kebutuhan garam nasional berbanding lurus. Ketika pemerintah menentukan target, kebutuhan garam nasional terus meningkat, sehingga target juga mengalami penyesuaian.

"Garam 2 tahun lalu Pak Menko Maritim (Luhut Binsar Pandjaitan) target produksi 3 juta (ton), kebutuhan saat itu 3 juta. Tapi kebutuhan sekarang sudah 4,5 juta. Ini menarik, sekarang posisi lahan kita 25 ribu hingga 30 ribu hektar, dan ada tambahan juga di NTT, NTB. Kita sudah produksi lokal 2,5 juta ton, nah, tapi kebutuhan meningkat," jelasnya dalam diskusi virtual bersama wartawan, Minggu (31/5/2020).

Safri menganalogikan target swasembada garam ini seperti pekerja yang memiliki penghasilan Rp 10 juta per bulan. Meskipun besar, namun kebutuhannya terus meningkat, sehingga dia harus meningkatkan lagi penghasilannya agar bisa memenuhi seluruh kebutuhannya. Kondisi 'kejar-kejaran' seperti ini yang tengah dialami industri garam lokal.

Karena tugas Kemenko Marves melakukan pengawasan produksi, maka Safri menyatakan pihaknya tengah mendorong agar BUMN garam, PT Garam, dapat meningkatkan produksi garam lokal dengan metode yang berbeda dari metode konvensional.

"Kami sampaikan ke PT Garam supaya tidak tradisional. Kalau tradisional itu (kapasitasnya) 50-60 ton (per ha) sedangkan kalau intensif bisa 100-150 ton. Kita punya lahan harusnya bisa. Makanya kita tekankan PT Garam jadi supervisor," ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kualitas Garam

Adapun untuk kualitas garam, pihaknya masih berada dalam tahap pembahasan. Dalam beberapa pemberitaan, disebutkan bahwa garam lokal memiliki kualitas yang jauh dari garam impor.

Garam industri butuh spesifikasi khusus seperti kadar NaCI diatas 97 persen, sedangkan garam lokal masih di kisaran 87 hingga 92 persen.

Tak hanya itu, Safri bilang pihaknya juga akan melakukan pemetaan distribusi garam agar harganya tidak melambung.

"Kita petakan kembali agar ada keseimbangan distribusi, jangan sampai harga garam murah tapi karena transportnya mahal, jadi mahal," ujarnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini