Sukses

Pertamina Harus Tepat Pilih Mitra Kerja Agar Proyek Tuban Jalan Sesuai Target

Pertamina sedang menyiapkan pengembangan fasilitas Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Pertamina dinilai harus memperhatikan rekam jejak semua calon mitra kerja dalam royek pembangunan komplek olefin dan polyolefin di Tuban.

Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman mengatakan, rekam jejak ini penting untuk diperhatikan agar proyek tersebut bisa berjalan sesuai dengan target yang ditetapkan

"Harusnya Pertamina membuat catatan terhadap semua calon mitra kerja. Pertamina harus menjamin proyek bisa jalan," kata dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (27/5/2020).

Sebagai informasi, PT Pertamina (Persero) sedang menyiapkan pengembangan fasilitas Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur.

Salah satu pengembangan yang akan dilakukan ialah dengan membangun pusat produksi olefin (olefin complex) di Tuban.

Pembangunan pusat produksi olefin merupakan bagian dari pengembangan jangka panjang dari TPPI. Oleh karena itu Pertamina sudah menyiapkan dana sekitar USD 3,8 miliar untuk bangun pusat olefin tersebut.

Olefin center tersebut nantinya bisa memproduksi High Density Polyethylene (HDPE) 700 ribu ton, Low Density Polyethylene (LDPE) 300 ribu ton per tahun dan Polipropilena (PP) 600 ribu ton per tahun.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kilang Pertamina di Tuban Bisa Produksi Bensin dan Petrokimia

Sebelumnya, Pertamina siap mengintegrasikan Kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) yang merupakan anak usaha Tuban Petro dengan megaproyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Langkah ini dilakukan usai menguasai saham mayoritas Tuban Petro hingga 51 persen.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, restrukturisasi Tuban Petro merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas (flexibility). Dengan begitu mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia atau bensin. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.

“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan, karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” kata Nicke, di Jakarta, Senin (13/1/2020).

Nicke melanjutkan, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan (profitability) yang maksimal. Dengan tingkat keuntungan maksimal, maka proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan (sustainability) ke depannya.

Menurut Nicke, saat ini Pertamina sedang mengembangkan kilang di 6 lokasi, yang pembangunannya diintegrasikan dengan pembangunan pabrik petrokimia. Salah satunya yakni GRR Tuban yang nantinya akan diintegrasikan dengan TPPI, dengan dibangun pipa penghubung sejauh 7 km.

Nicke menambahkan, peluang pasar bisnis petrokimia saat ini sekitar Rp 50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia juga mempunyai margin lebih tinggi dibanding BBM.

Langkah mengintegrasikan kilang TPPI dengan GRR Tuban dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B Tuban Petro senilai Rp 3,2 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51 persen. Dengan menguasai saham mayoritas, maka Pertamina memiliki saham pengendali agar bisa mengembangkan TPPI.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.