Sukses

Meneropong Nasib Angkutan Umum Pasca Pandemi Corona

Akan sangat sulit untuk membawa masyarakat kembali mempercayai angkutan umum.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Harya S. Dillon, mulai meraba bagaimana nasib angkutan umum perkotaan setelah pandemi. Dalam era new normal nantinya ada beberapa hal yang mengindikasikan perubahan pola perilaku penumpang kendaraan umum.

"Setelah pandemi usai bagaimana nasib angkutan umum perkotaan, karena setelah ini kita terus fokus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)," kata dia dalam video konferensi MTI, Kamis (21/5/2020).

Harya mengungkapkan, berdasarkan beberapa studi, selain dapat disembuhkan dengan vaksin, virus dapat mereda melalui sosio-psikologis, dimana virus tersebut masih ada, namun masyarakat mulai abai dan bisa berdampingan. Hal ini merujuk pada estimasi implementasi new normal.

"Vaksin yang aman dan ampuh ini kira-kira 18 bulan selesainya, dan banyak juga pandemi yang berakhir secara sosio-psikologis. Karena mungkin masyarakat sudah jenuh, sangat berharap normal baru," jelasnya.

Sebagai contoh, Harya mengatakan bahwa sampai saat ini komunitas medis belum menemukan apa yang sebenarnya memutus rantai penyebaran SARS. Dugaanya, faktor sosio-psikologis turut andil dalam pudarnya virus ini.

Situasi dalam impementasi normal baru ini tentu mempengaruhi kebiasaan penumpang, utamanya transportasi umum, menyebabkan dampak lain yang cukup kompleks dan terikat satu sama lain.

"Kita lihat angkutan umum dalam kota ini terpukul dua kali, karena pertama pemasukan berkurang, tapi juga pengeluaran bertambah karena harus membeli peralatan seperti hand sanitizer, termometer dan seterusnya," ujar Harya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Subsidi

Sementara ruang fiskal Pemda juga tertekan karena pemasukan dari pajak daerah juga berkurang. "Nah ini kalau sampai terjadi pemotongan subsidi, yang saya khawatirkan adalah ini berdampak jangka panjang," sambungnya.

"Jadi ketika penumpang sudah kapok naik angkutan umum yang pelayanannya buruk, dia akan beralih ke kendaraan pribadi dan akan sangat sulit untuk membawa mereka kembali mempercayai kendaraan umum," kata dia.

Sehingga perlu juga dipikirkan upaya agar masyarakat tetap merasa aman dan nyaman dalam menggunakan moda transportasi umum dalam new normal nantinya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini