Sukses

Menteri Teten: Terdampak Corona, 23 Juta Pelaku UMKM Berhenti Beroperasi

Apabila ekonomi Indonesia ingin cepat pulih maka yang paling tepat adalah mendorong dan membantu sektor UMKM.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki, mengatakan bahwa hasil suvei beberapa lembaga mencatat kurang lebih 40 persen Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia akan berhenti beroperasi karena dampak Corona covid-19. 

Jika dihitung, total pelaku UMKM yang ada di Indonesia saat ini mencapai 59,2 juta usaha. Dengan angka 40 persen tersebut maka UMKM yang akan berhenti beroperasi mencapai 23,68 juta usaha.

“Di bulan April 2020 survei mengatakan 43 persen UMKM akan berhenti beroperasi. Lalu ada survei dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Padjadjaran datanya hampir sama 47 persen UMKM di Jawa Barat sudah berhenti. Kalau dirata-ratakan dengan survei lain yakni 40 persen UMKM yang akan berhenti,” kata Teten dalam dalam acara Diskusi Media InfobankTalkNews , Selasa (19/5/2020).

Melihat hal tersebut, ia mengatakan tentu berbeda dengan kondisi di 1998, di mana saat itu UMKM masih bisa bertahan, sedangkan dengan adanya pandemi Corona covid-19 ini UMKM sangat terdampak, apalagi mayoritas UMKM itu Mikro dan Ultra Mikro.

“Nah ini yang yang menurut saya nampak beda dengan 1998. Ada dua sisi yang terdampak, yakni sisi supply dan demand, walaupun kita tahu sisi konsumsi sudah disampaikan oleh Sri Mulyani turun tinggal 2,7 persen, dan investasi juga tinggal 1,7 persen,” ujarnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Ekonomi Pulih

Oleh karena itu, ia mengatakan apabila ekonomi Indonesia ingin cepat pulih maka yang paling tepat adalah mendorong dan membantu sektor UMKM. Alasannya, mayoritas pelaku usaha di Indonesia adalah pelaku usaha di sektor UMKM yang porsinya mencapai 97 persen. Saat ini UMKM juga menyumbang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60 persen.

“Walaupun demikian ada sebagian UMKM yang juga cukup mampu melihat peluang, dengan melakukan inovasi mereka banting setir memproduksi beberapa barang dan kebutuhan yang sedang tumbuh, seperti kebutuhan bahan pokok, makanan, APD, itu semua meningkat luar biasa,” ungkapnya.

Menurutnya, meskipun 40 persen UMKM diperkirakan akan berhenti beroperasi, namun ia melihat ada hal yang menarik dari UMKM, yakni UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital dan marketplace online yang mengalami peningkatan.

“Cuma disayangkan jumlah UMKM yang sudah terhubung dengan marketplace itu baru 13 persen atau 8 juta pelaku usaha. 87 persennya masih offline,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Transformasi

Kendati begitu, meskipun dampak covid-19 membuat sebagian UMKM berhenti beroperasi, tapi ia menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk UMKM bertranspormasi dari penjualan yang offline menjadi online.

Namun, bagi Ultra mikro yang tidak mendapatkan bantuan relaksasi secara langsung oleh pemerintah karena tidak terdaftar, maka Teten menyebut pelaku usaha ultra mikro itu bisa dibantu melalui bantuan sosial, supaya bisa memperkuat atau mempertahankan daya beli di masyarakat.

“Sebagian besar yang diultra mikro karena demand-nya sudah menurun, maka mereka sudah tidak punya usaha, ini kita akan kelompokan mereka dalam kelompok miskin baru dan kita dorong ke program bansos,” pungkasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Usaha mikro kecil menengah atau (UMKM) adalah istilah umum dalam khazanah ekonomi.

    UMKM

  • Teten Masduki kini menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di Kabinet Indonesia Maju.

    Teten Masduki

Video Terkini