Sukses

Chairul Tanjung: Dunia Bisnis Harus Bisa Antisipasi Perubahan Perilaku akibat Covid-19

Pengusaha, dituntut melakukan efisiensi besar-besaran seiring penurunan pendapatan.

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha nasional Chairul Tanjung menilai saat ini terjadi perubahan sifat dan perilaku manusia yang disebabkan keberadaan pandemi Corona Covid-19. Bila dahulu masyarakat banyak melakukan interaksi langsung, sekarang harus dikurangi untuk memutus mata rantai virus tersebut.

Dia pun melihat pengusaha harus mulai mengikuti dan mengantisipasi perubahan yang ada. "Karena terjadi perubahan behaviour, semua dilakukan dari rumah. Maka dunia bisnis juga harus antisipasi perubahan perilaku akibat Covid 19," ujar dia pada acara Webinar bertema Tantangan dan Peluang Menghadapi Covid-19, Kamis (14/5/2020).

Perubahan itu, menurut dia, bisa terlihat dari pelaksanaan satu kegiatan yang selama ini berlangsung secara tatap muka, kini digelar cukup melalui pertemuan virtual. Kondisi ini pun dia sebut sebagai new normal.

"Yang biasa bikin conference 1000-an orang, sekarang bisa melalui teknologi. Tidak laku lagi conference-conference. Jadi ini disebut new normal, aktivitas berubah yang tadinya belanja di toko sekarang online," lanjut dia.

Pengusaha, lanjut dia, dituntut melakukan efisiensi besar-besaran seiring penurunan pendapatan. Efisiensi berlangsung di berbagai bidang, seperti sumber daya manusia (SDM).

Berbagai kondisi yang terjadi dikatakan Chairul Tanjung harus segera mendapatkan solusi.

"Terjadi efisiensi segala bidang termasuk SDM. Karena masuk era otomatisasi, Machine Learning. Penyerapan tenaga kerja yang biasanya jumlahnya X nanti tidak akan X lagi. Kalau demand berkurang maka consumption domestic juga berkurang. Ini yang harus dicari solusi untuk memutus rantai covid," dia menandaskan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pulihkan Ekonomi, Pemilik Lippo Mochtar Riady Sarankan Pemerintah Dekati China

Konglomerat sekaligus Chairman Lippo Group Mochtar Riady mengatakan, Indonesia akan sulit untuk kembali memulihkan ekonomi pasca wabah virus Corona (Covid-19) usai.

Dia lantas membandingkan kondisi saat ini dengan masa pemulihan krisis ekonomi yang melanda dunia pada 2008 silam.

"Ini adalah satu krisis ekonomi yang sangat serius. Maka pandemi ini berapa tahun, sungguh tidak satu orang mengetahui," kata dia dalam sesi bincang-bincang virtual, Kamis (14/5/2020).

Mochtar Riady menyarankan agar pemerintah mampu menjalin hubungan yang lebih dekat dengan negara maju seperti China dan Amerika Serikat (AS). Sebab, negara adidaya tersebut dianggapnya punya modal sumber daya manusia hingga teknologi yang sangat baik.

Menurut dia, tanpa menjalin hubungan dengan negara-negara tersebut maka ke depan ekonomi Indonesia akan kurang maksimal.

"Kita perlu mengandalkan kewaspadaan sedia payung. Saya sebagai orang tua hanya bisa memberikan warning nothing to lose," imbuh dia.

Sebagai gambaran, wabah Corona disebutnya telah menimbulkan efek domino yang mengacaukan perekonomian dunia. Dia mencontohkan, banyak perusahaan besar yang collapse akibat kondisi ini.

"Domino effect terjadi setelah 10 hari (pandemi tersebar). Singapore Airline kesulitan, perusahaanminyak raksasa bangkrut 10 hari kemudian, satu perusahaan raksasa bangkrut, perusahan minyak raksasa bangkrut," tutur dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.