Sukses

Gubernur BI: Tak Ada Cetak Uang Lalu Bagikan ke Masyarakat, Ora Ono Kui

BI tidak akan melakukan pencetakan uang kartal untuk penangana pandemi Covid-19.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo menegaskan BI tidak akan melakukan pencetakan uang kartal untuk penangana pandemi Covid-19. Pasalnya, pencetakan uang bukan merupakan praktik kebijakan yang lazim dan prudent dilakukan oleh bank sentral.

"Ini mohon maaf, kebijakan itu tidak lazim dengan kebijakan moneter yang prudent. Agar Masyarakat paham, mohon pandangan itu tidak lagi disampaikan. Pandangan itu tidak akan dilakukan di BI," kata Perry, Rabu (6/5/2020).

Menurutnya, mekanisme pengedaran uang kartal dan logam, sesuai Undang-undang Mata Uang mengenai perencanaan, pencetakan, dan pemusnahan uang, dilakukan melalui koordinasi Bank Indonesia dengan Kementerian Keuangan.

Sementara jumlah nya, kata Perry, sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang diukur dari pertumbuhan konomi dan inflasi.

"Jadi tidak ada BI cetak uang lalu dibagi-bagi ke masyarakaat, ora ono kui. Jangan menambah kebingungan masyarakat. BI cetak uang untuk tangani covid, itu bukan kegiatan yang lazim di bank sentral dan termasuk BI," kata Perry.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

BI Sebut Inflasi April 2020 Rendah Karena PSBB

Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengumumkan inflasi di bulan April sebesar 0,08 persen (mtm), atau 2,67 persen (yoy).

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, besaran tersebut lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya, yang memperkirakan inflasi 0,18 persen (mtm) atau 2,98 persen (yoy).

"Nah ini kan lebih rendah, ini menunjukkan bahwa faktor permintaan mulai mempengaruhi rendahnya inflasi," ujarnya dalam media briefing, Rabu (6/5/2020).

Menurutnya, jika permintaan akan barang dan jasa rendah, maka tekanan inflasinya juga akan lebih rendah.

"Jadi ini indikator bahwa inflasinya lebih rendah dari yang kami perkirakan karena penanganan dari covid-19 itu mempengaruhi mobilitas manusia, mempengaruhi juga permintaan barang dan jasa," kata Perry.

Selain itu, hal tersebut juga yang mendasari inflasi pada Ramadan kali ini akan lebih rendah dari rata-rata historisnya.

"Kalau rata-rata historisnya bisa 0,6 sampai 0,9, ini akan jauh lebih rendah karena faktor PSBB, pembatasan mobilitas manusia itu berpengaruh terhadap rendahnya permintaan masyarakat akan barang dan jasa," bebernya.

Oleh karenanya, lanjut Perry, ini juga mendasari perkirakan inflasi tahun ini akan rendah dan terkendali, dalam sasaran 3 persen ± 1 persen. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini