Sukses

Harga Emas Tergelincir karena Lockdown Mulai Dilonggarkan

Harga emas berjangka AS melemah 0,7 persen menjadi USD 1.723,80 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas melemah pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta) karena kenaikan wall Street dan juga instrumen keuangan AS lainnya. Rencana beberapa negara dan beberapa negara bagian di AS untuk melonggarkan kebijakan lockdown membuat pasar keuangan bergairah.

Mengutip CNBC, Selasa (28/4/2020), harga emas di pasar spot turun 1 persen menjadi USD 1.710,71 per ounce, setelah sebelumnya sempat turun 1,3 persen menjadi USD 1.704,45 per ounce. Sedangkan harga emas berjangka AS melemah 0,7 persen menjadi USD 1.723,80 per ounce.

“Meskipun latar belakang makro tetap mendukung harga emas untuk menguat dalam waktu dekat, tetapi imbal hasil treasury AS yang semakin tinggi akhirnya membebani harga emas, ”kata analis Standard Chartered Bank Suki Cooper.

"Jika kita melihat beberapa negara bagian mulai berencana untuk dibuka kembali, kita mungkin melihat beberapa permintaan safe haven mulai berkurang." tambah dia.

Pasar saham AS dan juga global menguat karena investor menyambut berita bahwa lebih banyak negara dan negara bagian AS sedang mencari cara untuk membuka lockdown atau melonggarkan aturan lockdown.

Sekitar 2,97 juta orang telah dilaporkan terinfeksi oleh virus Corona secara global dan 205.948 telah meninggal.

“Bahkan ketika lockdown dilepas, dunia masih akan jauh dari kata normal. Risiko yang lebih besar adalah keruntuhan ekonomi, ”tulis analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

"Untuk mengatasi ini, pemerintah di seluruh dunia cenderung terus menghabiskan uang dengan nilai yang tak tertandingi. Emas harus tetap dalam permintaan sebagai mata uang krisis di lingkungan ini," tulis laporan tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Prediksi

Sebelumnya, Harga emas diperkirakan masih akan menguat pada perdagangan pekan ini. Para analis dan pelaku pasar menunggu stimulus fiskal dan moneter besar-besaran yang akan terus mendorong kenaikan harga emas.

Dikutip dari Kitco, Senin 27 April 2020, 12 analis dari 15 analis di Wall Street atau sebanyak 80 persen memperkirakan harga emas akan menguat di minggu ini. Satu analis atau 7 persne menyatakan bahwa harga emas akan melemah. Sementara itu dua analis atau 13 persen menyatakan harga emas akan mendatar.

Sementara itu, 1.031 pelaku pasar ikut dalam jajak pendapat Kitco yang dilakukan secara online. Sebanyak 729 pemilih atau 71 persen menyatakan harga emas akan menguat. Sedangkan sebanyak 192 suara atau 19 persen mengatakan harga emas akan tertekan. Sementara 110 suara atau 11 persen adalah netral.

Pada pekan lalu, survei Kitco juga sebagian besar menyatakan harga emas bakal menguat. Sedangkan pada akhir perdagangan pada Jumat kemarin, harga emas Comex untuk pengiriman Juni naik 2,6 persen menjadi USD 1.743,40 per ounce.

Analis senior Price Futures Group Phil Flynn mengatakan bahwa harga emas akan bergerak solid pada pekan ini. "Berita bahwa Kongres AS akan meloloskan bantuan virus Corona senilai USD 480 miliar yang ditujukan untuk usaha kecil akan membuat pembeli khawatir tentang utang pemerintah," jelas dia.

Dengan adanya kekhawatiran tersebut, maka pelaku pasar atau investor berbondong-bondong akan mencari instumen safe haven yang salah satunya adalah emas.

Presiden Phoenix Futures and Options Kevin Grady menyatakan juga bahwa harga emas kemungkinan besar akan bergerak menguat. "Pencetakan mata uang global besar-besaran pada akhirnya akan membawa emas di atas USD 2.000," katanya.

Co-direktur Walsh Trading Sean Lusk juga mengatakan hal yang sama. Namun, ia melihat bahwa ada kemungkinan aksi ambil untung menjelang akhir minggu. Jadi kami melihat emas akan berada di atas USD 1.750, bisa naik ke USD 1.800," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini