Sukses

Permintaan Beras Naik 3 persen Dipicu Corona dan Ramadan

Permintaan akan beras memang selalu tinggi sebelum bulan puasa.

Liputan6.com, Jakarta Perum Bulog melaporkan permintaan beras naik 3 persen. Hal tersebut dianggap biasa terjadi jelang memasuki bulan Ramadan.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan, permintaan akan beras memang selalu tinggi sebelum bulan puasa. Tapi kali ini, kebutuhannya semakin bertambah untuk bantuan sosial dalam menghadapi masa pandemi virus corona (Covid-19).

"Hasil pantauan kami rata-rata kenaikan itu sekitar 3 persen. Tapi karena saat ini berbarengan dengan Covid, jadi banyak permintaan dari masyarakat, kelompok masyarakat, kementerian/lembaga, dan juga organisasi massa. Permintaan cukup tinggi, untuk bantuan sosial," tuturnya dalam sesi live streaming di YouTube, seperti dikutip Jumat (24/4/2020).

Senada, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementrian Pertanian Agung Hendriadi juga mewajari tingginya permintaan akan beras, yang membuat harga jualnya juga naik.

"Bukan hanya karena corona, jelang Ramadhan harga (beras) pasti naik. Apalagi ada jelang Ramadhan, yang rush buying itu ada. Apalagi ditambah dengan sekarang ini Covid-19. Saya anggap ini kenaikan yang normal," ujarnya.

Menurut dia, hal serupa tak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara lain yang terkena dampak wabah virus corona. Menindaki kasus ini, ketersediaan beras disebutnya jadi kunci agar penyaluran komoditas tersebut tetap terjaga selama masa pandemi dan bulan Ramadhan.

"Dalam hal ini tidak hanya produksi saja yang harus kita lihat, tapi bagaimana juga ketersediaan. Karena ketersediaan faktornya dua, produksi dan distribusi," tukas Agung.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Panen Raya di April-Mei 2020 Bakal Hasilkan 12 Juta Ton Beras

Munculnya wabah virus corona di Indonesia memunculkan masalah utama yakni masalah kesehatan, namun dibalik itu juga memunculkan masalah lain seperti masalah kebutuhan pangan.

Sekrestaris Jenderal Kementerian Pertanian Momon Rusmono, mengatakan meskipun semua fokus pada masalah kesehatan, jangan sampai lengah terhadap masalah pangan juga.

  

“Masalah pangan kalau tidak diselesaikan dengan baik dalam rangka memenuhi kebutuhan 267 juta penduduk Indonesia, akan muncul masalah sosial dan masalah ekonomi,” kata Momon dalam acara Meraup Untung Bisnis Pangan di Masa Pandemi Covid-19, Rabu (22/4/2020).

Oleh karena itu, dirinya menyampaikan ada tiga hal yang diperhatikan oleh Kementerian Pertanian yang disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, yakni pertama, bahwa Menteri Syahrul mengajak semua komponen pertanian baik itu Aparatur Sipil Negara (ASN), pelaku usaha, pelaku utama, dan stakeholder lainnya harus tetap bekerja keras dan berkomitmen dalam menyediakan pangan bagi 267 juta penduduk Indonesia.

“Poin kedua, kita juga harus menjaga keseimbangan supaya demand bahan pangan, kita juga harus menjaga supaya stabilisasi harga pangan tetap terhaga, banyak kasus-kasus produksi melimpah harga justru naik. Contohnya, senin pagi saya diminta mengevaluasi data harga bawang merah kami cek disumber produksinya di Brebes harganya Rp 26.000-28.000, tapi di pasar Jakarta bisa Rp 52 ribu,” ujar Momon.

Begitu juga masalah beras, pihaknya memprediksi bahwa produksi beras untuk April-Mei bisa mencapai 12 juta ton, tapi dilapangan harga beras cenderung meningkat.

“Nah ini PR kita bersama, padahal disisi lain kebutuhan pangan bagi 267 juta penduduk artinya kebutuhan ada, produksi ada, tapi kenapa harga naik. Nah ini tugas kita menjaga suplai demand dan stabilisasi harga pangan. Itulah peran petani milenial bagaimana strategi memperpendek rantai pertanian dan menumbuh kembangkan bisnis start up,” jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.