Sukses

Bangkit dari Keterpurukan, Harga Minyak Melonjak 19 Persen

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik USD 2,21, atau 19,1 persen menjadi USD 13,78 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak ke level tertinggi pada perdagangan Rabu (Kamis waktu Jakarta), pulih dari kerugian awal dalam sesi perdagangan semalam yang volatile. Sebelumnya harga patokan internasional minyak mentah Brent jatuh ke level terendah dalam lebih dari 20 tahun.

Dikutip dari CNBC, Kamis (23/4/2020), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni naik USD 2,21, atau 19,1 persen menjadi USD 13,78 per barel.

Pada sesi sebelumnya, harga patokan minyak AS tersebut telah diperdagangkan di level terendah USD 10,26 dan melonjak lebih dari 40 persen untuk mencapai level tertinggi USD 16,20.

Sementara harga minyak mentah Brent ditutup USD 1,04, atau naik 5,38 persen di level USD 20,37, setelah sebelumnya menembus level di bawah USD 16.

Penurunan lebih dari 70 persen harga minyak pada tahun ini membuat persentase pergerakan yang jauh lebih besar. Pada awal tahun, WTI berada lebih dari USD 60 per barel, tetapi penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi virus corona telah membuat harga jatuh.

Pada hari Rabu, Presiden Donald Trump mengatakan dalam sebuah tweet bahwa ia telah menginstruksikan Angkatan Laut Amerika Serikat untuk menembak jatuh dan menghancurkan semua kapal perang Iran jika mereka melecehkan kapal AS di laut.

Jim Cramer dari CNBC mengatakan ini bisa berkontribusi pada lonjakan harga minyak yang lebih tinggi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stok Berlebih

Pada saat krisis akibat virus corona terus menghancurkan permintaan minyak global, seluruh dunia dipenuhi dengan stok minyak dan kehabisan tempat untuk menyimpannya.

Per Magnus Nysveen, Mitra Senior dan Kepala Analisis di Rystad Energy, memperingatkan bahwa situasi di pasar minyak akan semakin buruk.

"Dunia kehabisan tempat untuk menyimpan minyak," kata Nysveen. Padahal penyimpanan bisa bertinfak sebagai semacam penopang jatuhnya harga minyak.

"Ketika keseimbangan penawaran dan permintaan positif atau negatif, maka Anda dapat membangun atau menarik dari penyimpanan," katanya.

"Tapi ketika penyimpanannya penuh, maka tidak ada penyangga untuk ketidakseimbangan yang sangat kuat ini yang kita lihat," tutup dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini